Pada awalnya pancaran dan aliran air kencing masih normal. Seiring dengan bertambahnya sumbatan, pancaran dan aliran air kencing akan melemah dan sering kali penderita harus menunggu beberapa lama sebelum air kencing dapat keluar dengan lancar.
Ketika sumbatan makin menjadi, tidak semua air kencing dalam kandung kemih dapat dikeluarkan ke luar tetapi sebagian masih tertinggal di dalam kandung kemih. Air kencing inilah yang disebut air kencing sisa (residual urine). Air kencing yang tersisa ini menimbulkan proses peradangan yang pada akhirnya mempermudah terbentuknya batu pada kandung kemih.
Pada saat ini akan timbul gejala berkemih yang nyeri, berdarah, panas. Makin lama jumlah air kencing sisa ini akan terus bertambah sehingga volume kandung kemih yang tersedia untuk air kencing yang baru akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan air kencing yang dikeluarkan sedikit-sedikit namun sering.
Jika terus berlangsung, dinding kandung kemih akan menitipis lalu mencapai tahap akhir yang dinamakan dekompensasi kandung kemih, yaitu kehilangan kemampuan otot kandung kemih untuk mengatur keluarnya air kencing sehingga terjadi inkontinensia overflow (ngompol) yang berlebihan bahkan jika terus dibiarkan dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Dari proses yang dijelaskan itu, maka gejala yang timbul adalah: Pancaran kencing yang lemah Mengedan pada saat berkemih Memerlukan waktu sebelum kencing keluar Kencing terputus-putus Kencing yang tidak tuntas Waktu berkemih yang memanjang Yang terakhir, inkontinensia overflow (Adi Djoko: http://www.tanyadok.com/kesehatan/pancaran-kencing-kecil-hati-hati-hipertropi-kelenjar-prostat)-FR