Seberapa sering kita marah, kesal, jengkel, sakit hati, saat orang lain mengacaukan hidup kita? Berhati-hatilah pada “cermin persoalan”. Banyak masalah bukan masalahmu, tapi masalah orang lain; masalah itu memantul pada dirimu dan tanpa sadar engkau merasa hal itu menjadi persoalan besar bagimu.
Marah karena orang lain terlambat hadir di pertemuan, tersinggung karena teman yang engkau kenal tidak menyapamu, kecewa karena usaha baikmu kurang mendapat penghargaan, sakit hati karena orang lain tidak bisa mengikuti jalan pikiranmu.
Atau jengkel karena yang lain tidak bisa diajak kerjasama, frustasi karena rekan kerja tidak bisa menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya hingga bagianmu menjadi tertunda, kesal karena terlalu banyak hujan atau terlalu panas, dsb, dst.
Apakah engkau bertanggung jawab mengontrol dan mengatur mereka? Apakah hidup mereka ada di bawah kendalimu? Tak bisakah mengatakan: “Aku sudah menjalankan bagianku sebaik mungkin; selebihnya jadi bagian dari kekacauan itu adalah urusanmu, bukan masalahku.” Dengan demikian hidup kita menjadi lebih ringan dan hati kita lebih merdeka.
Sebanyak-banyaknya air laut tidak akan mampu menenggelamkan kapal yang besar, kecuali jika kapal bocor dan air laut masuk ke dalamnya. Sebanyak-banyaknya persoalan hidup yang bergolak di sekitarmu tidak akan mampu merusak hari2mu, kecuali jika hatimu ‘bocor’ dan membiarkan setiap persoalan itu masuk dalam hatimu.
Jangan jadi kapal yang bocor, jadilah teguh di tengah hempasan ombak dan arus persoalan. Ingat, engkau adalah Kapten di kapal kehidupanmu sendiri. Engkau ada di dalam kapal, bukan di dalam air laut yang bergolak…. (Justinus Darmono; https://www.facebook.com/132876740077339/photos/a.161741643857515.32223.132876740077339/863001943731478/)-FR