Dr.Agus Trianto, dalam khotbahnya di Lapangan olah raga Tempel Sleman ini melanjutkan, Mengapa di Indonesia ini berbagai problem, berbagai kerusakan, terus saja mengitari. Orang Jawa mengatakan underaning problem. Sumber dari berbagai problem itu sebenarnya adalah masalah pembinaan pribadi.
The crackdown of the problem is personal integrity. Inti masalahnya adalah intergritas orang. Mau diawasi sedemikian banyak orang, mau dijaga pakai sedemikian alat tetapi kalau didalam pribadinya itu tidak merasa diawasi, saya yakin masalahnya tidak akan selesai.
Sesungguhnya tidak ada daya yang lebih ampuh didunia, kecuali karena pengawasan agama. Hal itu sudah dibuktikan oleh para akhli dan pengakajian mereka. Mboten wonten setunggalipun sarana ingkang kagem ngawasi diri pribadi kita lan panjenengan sedaya, sanesipun agami.
Puasa itu sebenarnya yang di bikin adalah reformasi hati. Kalo reformasi kesehatan itu bisa melalui diet juga bisa minum obat penghilang kolesterol. Yang ingin mengawetkan kemudaan dan kesegaran, datang ke pusat kebugaran. Ada body centre dan yang lain. Itu semua bisa di sembuhkan, bisa di terapi. Tapi puasa bukan hanya fisik. Sekalipun Rasullulah pernah ngendika, “Berpuasalah kalian, niscaya kalian sehat”. Puasa bukan sekedar sehat, tetapi sehat mentalnya juga.
Bila kita lihat phenomena di sekitar kita, masyarakat di sekeliling kita, intinya adalah masalah akhlak, mental dan integritas pribadi yang kurang. Ini masalah hati. Wonten ingkang nyebataken bilih, hati, manah ipun tiyang mnika sudah mulai bergeser. Dalam Al Quran disebutkan “Hatinya sekeras batu”.
Dalam surat Al Baqarah disebutkan (Khotib, membacakan ayatnya), Manusia itu kalau dibiarkan, terus tanpa diadakan latihan seperti puasa, hatinya sekeras batu. Sebab puasa itu berat. Kita semua memiliki kewajiban yang mulia. Fundamental kita dibina, tiap hari 5x shalat. Satu minggu dibina dengan shalat Jum’at. Dan satu tahun dibina dengan puasa. Ibaratnya mesin dengan overhaul di bulan Ramadhan.
Kita bisa bayangkan kalau mesin tidak pernah di pelihara. Tidak pernah diadakan pemeliharaan rutin, pada masanya akan ambruk. Manusia mesti mati, tapi bila dipelihara setiap hari, setiap minggu, setiap tahun turun mesin, agar orang itu sehat hidupnya. Karena banyak orang yang sehat fisiknya tapi mentalnya tidak sehat, itu membahayakan orang lain.
Kita membaca di koran banyak anak muda, yang istilahnya diibaratkan menjadi pembunuh berdarah dingin. Ada yang pacarnya dibunuh dan diperkosa. Setelah mati jasadnya dibakar. Kalau kita ingat setahun yang lalu, di Sleman ini, siswi SMK yang jenazahnya diperlakukan seperti itu. Sekalipun belakangan Mahkamah Agung menjatuhkan yang terlibat kematian dengan hukuman mati.
Ada lagi di lain tempat, yang membantai pacarnya, karena pacarnya mengaku hamil. Ini berbahaya, manusia semacam ini berbahaya. Luar biasa. Dan mereka itu anehnya tidak merasa bersalah. Manusia yang tidak normal ini membahayakan lingkungan. Makanya hati juga harus disehatkan.
Ketika hati itu dibiarkan saja, tidak pernah diadakan training atau latihan, pembinaan rutin, maka menurut surat Al Baqarah Ayat 74, hati itu akan mengalami proses pengerasan. Hati jadi sekeras batu, bahkan lebih keras lagi.
Kalau baja itu dilelehkan kemudian dicetak dalam cetakan tanah liat. Jadi tanah itu lebih perkasa dari pada baja. Batu itu bisa lebih keras dari baja, padahal Al Qur’an mengatakan lebih keras dari batu. Sebagian batu saja ada yang terbelah dan mengalirkan air.
Manusia kalau hatinya keras, tidak ada yang bisa melelehkan. Tidak punya malu ketika amoral. Tidak bermoral ini tercermin dimana saja, pergaulannya di masyarakat. Dalam berorganisasi. Kita pernah kaget, ketika membaca seorang pengemis di Jakarta dalam gembolannya menyimpan uang belasan juta.
Ketika diperiksa digubugnya ada dua puluh lima juta. Pekerjaannya mengemis. Itu merupakan salah satu bentuk kerusakan moral. Islam tidak mengajarkan seperti itu. Orang yang tidak faham mengira mereka itu kaya, padahal mereka tidak kaya, melainkan punya sifat keperwiraan. Bangsa yang tidak memiliki keperwiraan akan dipermainkan oleh bangsa lain. Lebih baik hidup sederhana dari pada minta.
(PS, dalam khotbahnya, sering kali khotib menyebutkan istilah-istilahnya dalam bahasa Arab, yang dikutip dari Al Quran, namun mohon maaf, saya tidak mampu mengutip dan menuliskan disini).
(Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR