Seorang sahabat, pagi itu menelpon dari Solo, mas, sudah dengar sahabat kita sudah pergi? Saya mengiyakan. Mungkin pagi ini pak Ambar sudah berangkat kemakam, tempat peristirahatannya
yang terakhir.
Saya jadi teringat, awal tahun tujuh puluhan, saat saya duduk di bangku pesawat Jumbo Jet, Boeing 747, menuju ke Belgia. Seumur-umur saya belum pernah naik pesawat terbang, saat itu pertama kali saya naik pesawat. Pak Ambar Kusamsi-lah yang mengajari saya seluk beluk tombol-tombol yang ada dalam pesawat yang paling modern dan paling besar saat itu.
Kawasan ini adalah pasar kaget di hari Minggu, dimana para petani atau siapapun boleh berjualan langsung, apapun mulai hasil kebun sampai barang antik. Karena sudah sore, Mr.Seymuss sudah wanti-wanti agar semua langsung masuk kamar dan tidur. Besok dia berjanji akan mengenalkan kotanya dan mengajarkan bagaimana bisa tinggal di Antwerpen dengan irit dan nyaman.
Tapi mana bisa pak Ambar dan pak Harmani dikekang di kamar. Kami bertiga nekat keluar jalan-jalan ke kota. Mencoba naik bis kota, saat kaki saya sempat kecepit karena tidak tahu bahwa pintu belakang hanya untuk keluar. Pak Ambar dan pak Harmani-lah yang menolong saya saat itu. Kini kedua sahabat
yang baik itu telah meninggalkan saya.
Sejak itu, banyak kenangan-kenangan manis dari kami bertiga. Selamat jalan sahabat-sahabatku. Semoga kehidupan-mu di alam lain lebih menyenangkan lagi dari di dunia ini. (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR