Sungai yang menjadi batas propinsi Jogja dan Jawa Tengah ini seolah menjadi saksi abadi Gunung Merapi. Saat ini Kali Krasak sedang ramah. Airnya yang gemericik mengalir riang memberi kehidupan kepada ribuan orang disekelilingnya. Memberi rejeki kepada ratusan penambang pasir maupun batu.
Puluhan truck hilir mudik tiada henti , menggontorkan bahan yang bermutu tinggi ke geliatnya pembangunan di Jogja. Kolam-kolam di sepanjang hilir dan anak sungai yang airnya masih bening, member nafas kehidupan kepada bermacam macam jenis ikan, tawes, mujair, kakap, nila dan gurameh yang sehat dan gemuk-gemuk berenang dengan riang.
Anak-anak sungai dari Krasak tak kenal lelah mengairi sawah-sawah dan tegalan, menggemburkan dan menjadi sahabat para petani. Berjalan dikesunyian pagi sepanjang sungai yang dangkal ini mengingatkan saya kepada para sahabat 4T jauh di Priangan.
Ingin rasanya, bersama mereka berangkat dari Pasar Tempel di bawah Jembatan, turun kesungai, bermain air di dasar sungai yang berbatu berjalan di air, sambil sesekali meloncati tebing landai dan berakhir di Cek Dam Merapi.
Saat berjalan kadang membayangkan perasaan yang lucu, sebelah kiri Jawa Tengah, sebelah kanan DI Jogja. Perjalanan sekitar satu setengah jam ini ditutup dengan menaiki tebing yang lumayan terjal, masuk ke desa Lumbung Harjo dan berakhir di jalan Turi.
Tidak jauh dari ujung jembatan, sebelum belakang Pasar Tempel dan tentu saja banyak pilihan untuk sarapan. Ada soto Ayam atau Babat. Ada Bubur ala Bandung. Ada Mie Ayam. Dan tentu saja ada
Brongkos Warung Ijo bu Padmo (sejak 1950) yang tersohor itu.
(Sadhono Hadi; terlampir; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR