(serial)-Ke Arab tidak melihat unta ya belum lengkap lah. Sedikit di luar kota Mekah, kita bisa melihat beberapa peternakan Unta, masing2 dengan beberapa ekor unta. Peternakan Unta sangat sederhana, sebidang tanah dengan berpagar kawat berduri. Luasnya ± 200 m2 dengan tidak lebih dari 10 ekor unta.
Bila kita menghendaki susu unta yang konon mengandung obat kuat, si penjual langsung memerahnya di hadapan kita. Susu segar berbuih itu kemudian dijual botolan, buihnya menurut penuturan pemandu wisata bagus untuk cream wajah, kulit menjadi halus dan awet muda. Hati unta dijual untuk obat asma.
Unta, menurut penuturan pemandu wisata, binatang yang tidak mengenal perkawinan sedarah. Bilapun ia ditipu, dikawinkan dengan pasangan sedarah, ia akan bisa mengetahui dan anaknya akan mati diinjak-injak. Itu sebabnya (mungkin) unta binatang yang sehat dan tidak pernah sakit. Wallahu Alam.
Masih sedikit di luar kota Mekah ada tempat yang tidak rugi bila kita mengunjunginya yakni, museum. Pada museum ini bisa kita lihat perkembangan pembangunan Ka’bah. Ada juga peninggalan tiang Ka’bah dari kayu, yang tingginya lebih dari lima meter.
Di bawahnya ada umpak (ingat ceritanya pak Suwarno Semarang) batu yang lumayan tinggi. Ada pintu lama Ka’bah, sebelum diganti pintu emas yang beratnya sekitar 300 kg. Kita juga bisa melihat replika Qur’an yang ditulis pada era Khalifah Usman.
Qur’an yang ditulis beberapa copy itu, yang menjadi acuan Quran yang beredar di seluruh penjuru dunia dan akan dijaga keasliannya sampai akhir jaman oleh Allah sendiri. Sumur zam-zam yang saat ini tidak bisa kita jumpai, ternyata dahulu ya betul-betul sumur dengan timbanya.
Yang juga menarik perhatian pengunjung adalah maket masjid di masa yang akan datang. Wah, luas sekali. Banyak hotel-hotel, termasuk Zam-zam Tower (yang milik raja terdahulu) akan kena gusur bila maket tersebut jadi dilaksanakan pembangunannya.
Pejiarah Umrah belum lengkap bila belum mengunjungi Laut Merah di tepi Jeddah. Ternyata warna airnya biru, kerlap-kerlip memantulkan cahaya sore, membuat rindu kepada tanah-air. Tidak ada pantai pasir, yang ada adalah cuilan-cuilan beton, namun binatang penghuninya luar biasa banyaknya, ikan kecil, siput, ganggang, membuat orang betah berlama-lama di sana.
Last shopping, untuk menghabiskan Real yang masih tersisa biasanya dilaksanakan di Corners (betul ejaannya?) Balad di Jeddah. Pusat bisnis tua ini, masih eksis. Masih banyak yang belanja, baju gamis, sajadah atau peralatan elektronik. Harganya? Tawar. Wah, kalau masih bisa separonya mungkin masih
terlalu mahal.
Teknik yang selalu saya pakai, adalah mulai menawar kurang dari sepertiganya, sampai tidak dikasihkan, sekalipun kita tinggalkan pergi. Berarti harganya sudah rock-bottom price, bolehlah kita balik lagi dan deal. Halal. (Gudengan 20150304 (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit dan http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR