P2Tel

Kayu

Saat mencari papan lebar 20 cm, saya kaget ketika ditawari kayu rambutan.”Wah, ini pohonnya pasti besar ya pak, apa nggak sayang ditebang?”, penjual kayu tidak menyangka pertanyaan saya. “Mungkin, mau bikin rumah, menghalangi, pak”, ia jawab sekenanya.”Atau rambutannya kecut”, gurau saya.

Saya memang mencari kayu yang warnanya cerah, untuk pembuatan rak buku. Rak buku saya rangkanya terbuat dari besi, sedangkan papannya dari kayu Jati Belanda. Kayu yang saya beli dari kawasan timur Jogja itu habis, saya harus mencari kayu yang mirip.

Untuk memakai kayu yang sama saya harus beli seikat besar, padahal saya perlu beberapa lembar. Jati Belanda itu hanya sebutan saja, apakah di Belanda pohon jati bisa tumbuh? Sesungguhnya kayu itu sejenis kayu cemara bongkaran kayu bekas peti peralatan mesin dari Eropa. Saya ingat kayu semacam ini dipakai mengepak peralatan sentral telepon EMD dari Jerman, di tahun 70-an.

Semula saya ditawari kayu Jengkol yang warnanya putih bersih dan ringan, tapi saya lebih memilih kayu rambutan, yang lebih berat, sekalipun harganya sama. Sengaja saya tidak memilih kayu sengon, saya takut bubuk, seperti plafond saya saat ini. Padahal kayu sengon yang saya pakai jenis yang hitam dan tebal bahkan sudah saya jemur beberapa waktu sebelumnya.

Tak semua perabotan di rumah saya terbuat dari kayu jati. Saya memiliki tempat tidur dari kayu nangka, bekas irisan sisi lesung yang usianya mungkin lebih dari 100 tahun. Sengaja kayu tebal itu saya tonjolkan seasli mungkin tanpa banyak perubahan. Saya juga memiliki sebuah meja di workshop pribadi yang kokoh terbuat dari balok2 kayu nangka, yang tumbuh di halaman rumah saya sendiri.

Saya juga memiliki beberapa perabot seperti meja setrika, tempat sepatu dan rak handuk yang terbuat dari kayu mahoni. Penampilan perabotan tersebut tidak bagus, karena buah karya saya sendiri.

Kichen set saya terbuat dari kayu bengkiring dari Kalimantan. Kayu lama, yang saya beli dari penjual kayu bekas. Saya memiliki sebuah meja serba guna, yang sangat tebal dengan kaki besar. Meja itu saya letakan di tengah dapur yang memilki multi fungsi, untuk makan, atau menyiapkan masakan bahkan
seringkali menjadi telenan raksasa. Meja tersebut terbuat dari kayu mahoni.

Kayu dari jenis yang sama, tidak setebal meja dapur, saya pakai sebagai meja kerja. Penjualnya menawarkan beberapa meja yang terbuat dari kayu kelengkeng, yang berwarna coklat kemerahan
dengan tepinya dari kulit asli pohonnya. Lekuk2 sisi kayu klengkeng memang eksotik dan sangat indah.

Salah safu bagian dari rumah saya, yakni bagian belakang yang tanahnha menurun, saya buat panggung dengan blandar terbuat dari kayu kelapa, sedangkan rusuk diatas terdiri dari kayu cemara. Ternyata banyak sekali keragaman jenis kayu di negeri kita.

Tentu ada maksudnya Allah memberikan kekayaan yang luar biasa ini. Mungkin Allah memberikan contoh tentang aneka tanaman yang bisa tumbuh bersama-sama dengan subur, masing-masing
menjalankan fungsinya di tanah yang penuh berkah ini.

Sama halnya dengan keragaman manusia di dunia ini, bukankah yang kita anut ini adalah yang Rakhmatul Alamin? (Gundengan Sleman, 20150210; Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version