Dari khutbah Jumat yang lalu, tercenung aku saat khotib bicara tentang umumnya yg dikatakan orang saat ada bisul dihidungnya yg sakitnya ber-denyut2 bukan kepalang. Tapi apakah terlintas padanya pikiran utk bersyukur, untung masih punya hidung, coba kalu nggak, bgmn rasanya? (Sunarto SA)-FR
Tanggapan dari Moeljadi :
Betul Pak SSA, kita seyogyanya harus selalu bersyukur atas segala nikmat yg dikaruniakan Alloh, SWT, sekecil apapun nikmat, harus tetap kita syukuri, karena ungkapan rasa syukur yg paling dalam dapat merubah sesuatu yg tidak mungkin menjadi mungkin.
”Kun Fayakun”, ”Maka Jadilah Ia”. Kejadian tersebut pernah saya alami ± 47 TH yg lalu, dan pernah saya sharingkan di suatu millis dlm forum ”Pengalaman Rochani”. Agar kita selalu bersyukur, berikut ini saya sharingkan ”Renungan Religi”, QS. Arrahman, Copas dari Group. AR- RAHMAN
Ada hal yg menarik dari Surat Ar-Rahman yaitu pengulangan satu ayat :
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ “Fabiayyi aala ‘i rabbi-kumaa tukadzdzibaan”
“Nikmat Tuhan-mu yg manakah yg kamu dustakan ?” Kalimat ini diulang ber-kali2. Apa gerangan makna kalimat tersebut?
Setelah Allah menguraikan beberapa nikmat yg dianugerahkan kepada kita, Allah bertanya: “Maka nikmat Tuhan-mu yg manakah yg kamu dustakan?”
Menarik utk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata “DUSTA”, bukan kata “INGKAR”. Hal ini menunjukkan bahwa nikmat yg Dia berikan kpd manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya. Yang bisa dilakukan manusia adalah mendustakannya.
Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia tahu mereka telah diberi nikmat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu, mereka mendustakannya. Bukankah kalau kita mendapat uang banyak, kita katakan itu karena kerja keras kita?
Kalau kita berhasil meraih gelar sarjana itu karena otak kita yg cerdas?
Kalau kita sehat, jarang sakit, itu karena kita pandai menjaga makan rajin berolah raga, dsb.
Semua nikmat yg kita peroleh seakan hanya karena usaha kita. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran Allah pd semua keberhasilan kita kita dustakan, nikmat itu datang dari Allah.
Maka nikmat Tuhan yg mana lagi yg kita dustakan? . Kita telah bergelimang kenikmatan. Harta, jabatan, pasangan hidup, anak2, jabatan telah kita miliki. Ingatlah, semua nikmat itu akan ditanya di hari kiamat kelak. “Kamu pasti akan ditanya pada hari itu nikmat yg kamu peroleh saat ini” (At-Takatsur: 8)
Sudah siapkah kita menjawab mempertanggung jawabkannya ?. (Moel)-FR
Tambahan dari Pandapotan Nasution
Namanya jg bisul dihidung. Kan sakit. Wajar orang merasa sakit. Dan dari kesisteman tubuh manusia,.normal. Yaa ngeluh lah sakit. Kalau orang sakit, mengeluh manusia. ..Normal.
Dan bukan orang tidak, bersyukur
Tuhan menciptakan manusia begitu. Jadi boleh merasa sakit. Kalau senang merasa gembira.
Yg penting jangan berlebihan. Kalau sedih, sakit… jangan keterlaluan. Kalau senang jangan berlebihan.
Aneh betul itu Khotbah menjadikan topik yg DEBATABLE.
Harusnya berupa Instruksi : Ittaqulloha haqqo tu qotih. Menyeru bertaqwa. (PN)-FR