Dikutip dari milis tetangga : Pak Kanaka dan rekan2 yang baik, Netralitas jaringan tetap dipegang sebagai sasaran akhir masa depan, tidak untuk diimplementasikan segera. Harus ada waktu antara untuk implementasinya. Waktu itu digunakan untuk apa?
Antara lain untuk membesarkan IDN agar menjadi skala ekonomi, agar tidak kewalahan mengikuti setiap kali ganti teknologi yang biasanya sudah siap pakai disediakan vendor.
Operator diajak untuk bersama-sama mematangkan IDN yang konten dalam negerinya besar dan terkendali di tangan IDN manufaktur. Tentu operator memiliki pilihan mana yang terbaik baginya. Bahkan untuk teknologi yang barupun penerapannya tidak bisa sekaligus semua daerah, melainkan bertahap dari daerah yang paling besar kebutuhan kecepatan data tinggi.
Dengan adanya sistem 5G yang sangat efisien sehingga pita yang sama dapat digunakan untuk beberapa layanan atau operator secara bersamaan, sangat dibutuhkan untuk daerah2 yang sudah kekurangan spektrum frekuensi.
Saat ini kita belum bisa merasakan urgensi pada tahun 2020, apakah kita mau beli jadi, setengah jadi (beli rancangan atau design dan produksi assembling, atau berani berkeringat untuk memroduksi sendiri mulai dari rancangan (design) yang tentunya sudah terlambat apabila dimulai th 2020.
Apabila kita membayangkan dan berfikir seakan-akan kita berada pada tahun 2020, maka akan dihadapi ketergesaan karena operator tidak mau kalah dengan sesama operator dalam maupun luar negeri.
Dari bayangan th 2020 ini, baru ditarik mundur hingga ke tahun 2015 saat kita berada sekarang, maka bisa lebih pasti mengambil kebijakan nasional bersama-sama dan tidak tercerai berai seperti sekarang ini dengan setiap tibanya teknologi baru.
Agar berhasil, maka Pemerintah bersama para Operator dan Industri manufaktur dalam negeri menyepakati dan menyiasati bersama untuk masa depan. Dan masa depan telekomunikasi bergerak adalah 5G. Apabila perencanaan dilakukan sekarang maka akan cukup waktu untuk terjun dalam Riset selama 4-5 tahun.
Apabila operator, sudah mengetahui rencana masa depan dan peta jalan pemerintah yang disusun bersama, maka sudah pasti operator akan memilih yang terbaik bagi masa depannya, yaitu sistem 5G, tanpa harus dipaksa meninggalkan teknologi bergerak sebelumnya.
Kesepakatan operator untuk maju bersama dengan 5G ini dibutuhkan, karena akhirnya merekalah yang menentukan kegairahan untuk membeli perangkat LTE jenis terakhir (mis. Release 13) seluruh atau sebagian kebutuhan jaringan masa depannya. Tidak bisa dipaksakan begitu saja.
Di sisi lain, bodoh apabila ada teknologi masa depan yang sangat efisien dan efektif bagi jaringannya, dan harganya relatif murah dibanding harga impor misalnya, untuk tidak membelinya. Apalagi apabila operator memilik sebagian saham dalam IDN untuk 5G ini, bukan?
Di bawah ini ada 2 kutipan judul ulasan ttg kesepakatan tambahan alokasi pita frekuensi 5G untuk bahan yang kemungkinan akan diusulkan dibahas untuk WRC-19 oleh WRC-15 November tahun ini.
Ini diperlukan karena tidak semua pita frekuensi sistem sebelumnya 2G, 3G, dan 4G dapat begitu saja diganti oleh 5G, karena saat 5G diperkenalkan, sistem2 sebelumnya masih harus bisa berjalan, sampai oleh operator dianggap baik untuk diganti 5G karena kebutuhan sudah ada.
(Ulasan tidak bisa dibuka apabila tidak berlangganan, dan sayapun tidak, Cukup untuk mengetahui arahnya)
INTERNATIONALLY HARMONIZED 5G spectrum should be identified for study by reusing a two pronged approach that would look at harmonized mobile allocations with a fallback look into bands above 6 GHz, proponents said.
“FEARFUL” that no 5G system characteristics may be available for sharing studies during the entire WRC-19 cycle, a NASA spectrum program manager said.
Jadi sudah benar bahwa kita harus segera terjun dalam Penelitian dan Pengembangan sistem 5G, daripada terlambat saat 5G sudah diperkenalkan, dan tinggal disodori oleh vendor sebagai pasar pemakai saja.
Keuntungan lain adanya IDN skala besar maka dapat diatur sendiri berapa lama kita menggunakannya, apakah hanya 5 tahun, 10 tahun dst. Tidak seperti sekarangf, kita terpaksa membeli perangkat 4G, karena apabila membeli yang 2G, akan lebih mahal. Sebabnya pabrikan sudah tidak memroduksinya lagi dengan skala besar.
Bisa dibayangkan bahwa setelah teknologi 5G ini beralih teknologi berikutnya. saat negara2 maju sudah tidak memroduksinya skala besar lagi, Indonesia dengan kekuatan IDN nya dapat tetap melayani pasar negara2 berkembang seperti di Afrika, Asia, dll, dengan keuntungan yang cukup besar. (Salam, AphD)-FR