Awal abad 20, George Hansburg rekrasi ke Burma. Dia bertemu petani miskin yang punya anak perempuan bernama Pogo. Di Burma mayoritas warganya beragama Buddha. Pogo punya keinginan berkunjung setiap hari ke kuil memanjatkan doa untuk ayahnya.
Masalahnya, jarak yang ditempuh dari rumah ke kuil lumayan jauh dan penuh rintangan tanah berbatu dan lumpur. Pogo tak punya alas kaki untuk bepergian. Ayahnya tak kehabisan akal. Ia membuatkan tongkat untuk melompat berbentuk huruf T sehingga Pogo bisa pergi ke kuil tanpa menjadi kotor.
Selanjtnya, bahan logam menggantikan kayu agar lebih kokoh dan awet. Penambahan pegas pada tongkat memungkinkan yang memakai pogo stick bisa melompat lebih tinggi dan jauh. Tahun 1996, Dave Armstrong tercatat sebagai pencetus nama OR stunt pogo, sebuah versi ekstrim lompat pogo.
Dari sini olahraga ini semakin berkembang oleh para pogoers – istilah pemain pogo – seiring berbagai gaya yang ditemukan. Pada prinsipnya sama seperti gaya yang dipakai dalam trik sepeda BMX, skateboard, atau Motocross. Misalnya “Can-Can” dan “Heel Clicker”.
Rekor seorang pogoers yang bisa melompat paling tinggi saat ini masih dipegang oleh Fred Grzybowski, dia mencapai ketinggian 2,7 meter. (http://www.apakabardunia.com/2012/11/olahraga-unik-ini-tercipta-berkat.html)-FatchurR