“Orang2 yang beriman, diwajibkan kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang2 sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertakwa.” (QS. 2:183)
Ketika kita menyatakan diri kita Islam, ada syarat yang harus dipenuhi, setelah itu baru bisa disebut Muslim. Ada 5 syarat yang wajib sebagai bukti bahwa kita beragama Islam, salah satunya melaksanakan Puasa Ramadhan. (yang lainnya adalah: mengucap dua kalimat syahadat, sholat, zakat dan haji).
Puasa Ramadhan merupakan kewajiban rutin tiap tahunnya. Kewajiban melaksanakan puasa ini dijelaskan Allah (al-baqarah ayat 183-186). Bagi kita yang dilahirkan dari keluarga Muslim, berpuasa ini bukan suatu yang asing tapi jadi kegiatan rutin tahunan. Seluruh muslim bergembira menyambut momentum ini.
Bagi yang berumur 40 tahun, berarti dia diwajibkan melaksanakan puasa ramadhan sekitar 27x atau 26x, tergantung sejak mulai usia berapa ia menjalankan ibadah ini. Jika sudah sebanyak itu melaksanakan puasa ramadhan, maka muncul beberapa pertanyaan:
Apa yang kita dapat dari menjalankan ibadah puasa? apa hanya sekedar mendapat lapar dan haus saja? dan apa tujuan Allah memerintah puasa kepada kita? apa hanya sekedar sebatas kewajiban seorang hamba kepada khaliknya? atau ada tujuan lain dari perintah tersebut?
Sebenarnya, jika kita bisa cerdas memahami makna surat al-baqarah ayat 183 itu lebih dalam, maka secara otomatis pertanyaan diatas bisa terjawab. Dalam ayat tersebut ada beberapa kata kunci yang bisa kita lihat. Pertama: orang yang beriman, Kedua: diwajibkan atas kamu berpuasa, dan Ketiga: menjadi orang yang bertakwa.
Jadi yang diwajibkan adalah yang beriman, (yang percaya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari kiamat dan kepada takdir) untuk melaksanakan puasa (yaitu orang-orang yang telah menjalankan rukun Islam) dan di akhir ayat, Allah mengatakan semoga menjadi orang yang bertakwa.
Sekarang mari kita lihat hubungan dari ketiga kata kunci tersebut, Ketika seseorang telah mengakui bahwa ia telah beriman maka secara otomatis ia akan melaksanakan puasa ramadhan karena puasa ramadhan merupakan perintah dari Allah yang dibawa oleh Rasul-Nya dan tertulis dalam kitab-Nya.
Berarti hubungan sangat jelas sekali. Yang menjadi persoalan adalah apa hubungannya dengan takwa? apakah setelah seseorang menjalan puasa ramadhan, ia sudah bisa dikatakan bertakwa?
Sebelum dijawab pertanyaan ini, mari kita lihat sifat-sifat orang yang bertakwa dalam al-Qur’an. agar kita bisa tahu seperti apakah orang yang bertakwa itu. Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, diantaranya
1. al-Baqarah (2) : 177, sifat orang yang bertakwa adalah: Menepati janji, sabar, benar/jujur.
2. Ali imran (3) : 102-103, sifat orang yang bertakwa adalah: menjalin siraturrahim, syukur, menjaga diri.
3. Ali imran (3) : 133-135, sifat orang yang bertakwa adalah: Kepedulian sosial, mengendalikan diri (menahan amarah), pemaaf, berbuat kebaikan, bertaubat.
4. al- Ahzab (33) : 35, sifat orang bertakwa adalah: taat, benar/jujur, sabar, khusyu’, bersedekah (kepedulian sosial), memelihara diri, zikir
5. di ayat-ayat lain mengatakan sifat orang bertakwa itu, ikhlas, tawadu’, penyayang, tanggung jawab, amanah dan lain-lain
Ketika Allah mewajibkan orang beriman untuk melaksanakan puasa khususnya puasa ramadhan seharus dapat melahir sifat-sifat di atas, bukan hanya sekedar sebatas kewajiban tapi yang paling penting adalah pembentukan karakter kejiwaan dengan menampilkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari hari.
Ramadhan merupakan “Madrasah Spiritual” karena di dalam pelaksanaan ibadah tersebut banyak mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam upaya pembentukan pribadi yang takwa. Jika ini semua bisa terbentuk maka apa yang diharapakan oleh Allah dalam surat al-baqarah ayat 183 bisa bisa terwujud.
Akan tetapi dengan melaksanakan puasa tidak bisa melahirkan sifat-sifat di atas, maka bisa dikatakan puasa yang kita laksanakan tidak ada arti kerena tujuan ibadah puasa di perintahkan adalah agar kita semua bertakwa.
Selama 29-30 hari (1 bulan) dalam setahun kita dididik oleh Allah untuk melaksanakan akhlak-akhlak tersebut dan diharapkan selama 11 bulan kedepan kita bisa menjaga untuk mempertahankan pelaksanaan akhlak-akhlak itu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jika akhlak ini bisa kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari barulah kita bisa mencapai tujuan sebagimana yang diharpkan oleh Allah, yaitu TAKWA. Akan tetapi jika kita tidak mendapat nilai-nilai akhlak itu setelah melaksankan ibadah puasa maka benarlah apa yang telah dikhawatir oleh Rasulullah dalam haditsnya,
“Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja”.
Sekarang kembali kepada kita semua sudah berapa lama kita melaksanakan ibadah puasa dalam hidup kita?, apakah sifat-sifat di atas sudah kita dapatkan dan sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
Hanya diri kita, ukuran ikhalitas puasa yang telah kita jalani. Jika belum mendapat apa2 dari ibadah puasa, belum terlambat, mari renungkan dan memperbaiki diri kita agar bisa melaksanakan ibadah puasa ramadhan dengan lebih baik lagi agar kita semua bisa menjadi orang-orang bertakwa. amin.
Selamat menjalani, semoga ramadhan kali ini dapat memberi makna dan perubahan yang berarti dalam kehidupan kita kedepan. (http://zulkiflihazmar.blogspot.com/2009/08/puasa-upaya-pembentukan-karakter.html)-FatchurR