KOMPAS.com-Ramadhan bulan yang dinanti oleh umat Muslim untuk menjalankan ibadah puasa bersama. Meski ibu menyusui diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan hari lain dan membayar fidiah, banyak ibu menyusui yang tetap ingin dan bersemangat turut menjalankan ibadah puasa.
Sebenarnya boleh saja, tetapi ada beberapa kondisi yang sebaiknya ibu menyusui tidak berpuasa atau membatalkan puasanya.
“Kalau masih dalam masa menyusui ASI eksklusif 6 bulan pertama, sebaiknya tidak ikut puasa. Karena, selama enam bulan pertama kan asupan bayi hanya ASI. Jadi, jangan sampai produksi ASI terhambat karena berpuasa. Puasa kan berarti ibu tidak minum 12 jam lebih, padahal minum air adalah salah satu modal untuk melancarkan produksi ASI,” kata Dr Sandra Fikawati, MPH, penulis buku Gizi Ibu dan Bayi.
Menurut Dr Fika yang juga pengajar Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), kondisi tubuh juga memengaruhi kelancaran produksi ASI. Ibu menyusui tidak boleh terlalu lelah, tidak boleh stres, dan usahakan tidur cukup.
“ASI paling banyak diproduksi pada malam hari. Nah, kalau puasa, berarti ibu menyusui harus memotong waktu tidur untuk bangun sahur. Selesai sahur, bayinya bangun, dan setelah itu ibu menyusui takkan tidur lagi. Inilah yang bisa membuat produksi ASI berkurang,” ujarnya kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Dr Fika menambahkan, saat ibu menyusui berpuasa, sebaiknya langsung berbuka atau menghentikan puasanya ketika merasakan produksi ASI-nya berkurang. Ini bisa dilihat dari jumlah ASI yang diperah dan dari kepuasan bayi saat menyusu.
Jika sudah menyusu cukup lama, tetapi bayi masih belum mau melepaskannya atau bahkan rewel, bisa jadi bayi belum kenyang karena jumlah ASI yang keluar berkurang. (Lusia Kus Anna; http://ramadhan.kompas.com/read/2015/07/08/081000023/ibu.menyusui.sebaiknya.berhenti.puasa.jika.asi.berkurang)-FatchurR