Untuk bisa membaca cerbung Mangir Membara dengan lebih jos, kalau kemarin saya coba carikan artikel tentang petilasan Ki Ageng di Bantul – kali ini saya carikan artikel tentang makam Kotagede, di mana akhirnya beliau dimakamkan.
Tapi bagaimana meninggalnya beliau, dengan segala romantisme – nah itu urusannya pak Apung Swarna. Semoga Mangir Membara makin bisa dinikmati dan dibayangkan. Jangan bayangkan pak Apunq Swarna. Bayangkan aja Pembayun. Ah, siapa sih Pembayun itu? Tunggu aja tiap malam jam 24.00
+++
DAHULU, kompleks Makam Raja di Kota Gede ini merupakan hutan belantara, yang seiring jaman, menjadi sebuah pedukuhan dengan penunggu Kyai Mentauk. Di pedukuhan tersebut tinggal seorang putri raja Nyai Genis, Nyai Genis meminta kepada Kyai Mentauk jika ia meninggal, ia minta dimakamkan di pedukuhan itu.”tutur Pak Hangga Pawiro, penjaga Makam Raja Kota Gede.
Di dalam gedung makam utama, dimakamkan Ngabehi Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan Mataram yang bergelar Panembahan Senopati, yang juga merupakan leluhur atau nenek moyang dari Sultan-sultan yang memerintah Kasultanan Yogyakarta.
Dalam gedung pemakaman yang sama, dimakamkan pula ayah bunda beliau Ki/Nyi Ageng Pemanahan, Sultan Hadiwijaya dari kerajaan Pajang yang merupakan ayah angkat beliau dan kerabat istana yang lain.
Selain itu terdapat pula makam Ki Ageng Mangir, menantu Panembahan Senopati yang juga merupakan musuh beliau, sehingga setengah dari makamnya terletak diluar.
Kurang lebih 100 meter di sebelah Selatan dari kompleks makam ini, masih dapat disaksikan “Watu Gilang” yang konon adalah lantai singgasana Panembahan Senopati yang digunakan untuk mengakhiri hidup Ki Ageng Mangir Wanabaya.
Memasuki kompleks utama, para peziarah diharuskan mengenakan pakaian tradisional, yang dapat disewa dari para petugas makam atau bisa membawa sendiri. Untuk masuk ke gedung pemakaman tidak dipungut biaya, kecuali sekedar biaya sukarela yang dimasukkan kedalam kotak dana.
Waktu untuk mengunjungi makam yaitu pada tiap hari Jumat mulai pukul 13.00 hingga 17.00. sedang untuk mengunjungi dan melihat kompleks makam yang lain, dan menyaksikan bangunan-bangunan tradisional peninggalan Kraton Mataram (dalam periode Kerajaan Mataram Islam bisa dilaksanakan setiap hari).** (Agus Suryono; http://explorerpariwisatajogja.com/index.php/2015/06/18/makam-kota-gedhe/)-FR
———–
Keterangan gambar
Gambar 1: Mangir Membara
Gambar 2: Gerbang Makam Kotagede
Gambar 3: Watu Gilang – yaitu lantai singgasana Panembahan Senopati yang digunakan untuk mengakhiri hidup Ki Ageng (FR)