P2Tel

Puasa aman bagi Diabetasi

Bisnis.com, JAKARTA-Puasa Ramadan tinggal beberapa hari lagi berakhir. Bagi Penderita diabetes marilah kita evaluasi diri, tentunya masih bisa menjalankan ibadah puasa secara normal, asalkan benar-benar memperhatikan dan mematuhi rambu-rambunya, terutama menyangkut kadar gula darah.

Menurut Panduan Penatalaksanaan DM Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadan yang dikeluarkan PB Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) pada 2013, ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan bagi Diabetasi berkaitan dengan ibadah puasa.

Pertama, perencanaan dalam hal puasa bersifat individual atau berbeda bagi tiap penyandang diabetes. Kedua, pasien harus melakukan pemantauan glikemi, yaitu memantau kadar glukosa darah sendiri menggunakan alat beberapa kali dalam sehari. Ini penting bagi pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang menggunakan insulin.

“Dengan demikian, bisa mengetahui dosis insulin yang pas,” kata Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FK UI Pradana Soewondo. Dia menyarankan pemeriksaan kadar glukosa darah paling tidak dilakukan selama 3x sehari, yakni menjelang waktu berbuka puasa, malam hari setelah salat tarawih, dan menjelang waktu sahur.

Hal lain yang harus diperhatikan masalah nutrisi. Sebagian besar masalah kesehatan saat puasa terjadi akibat diet yang tidak tepat, kelebihan makan, atau kurang tidur. Perubahan diet yang sering terjadi yaitu meningkatnya jumlah makanan dengan kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi.

Pradana menganjurkan penderita diabetes menghindari makanan manis, berlemak atau makanan bersantan. Sebaiknya, konsumsilah makanan berserat serta makanan yang mengandung karbohidrat komplek.

Panduan Penatalaksanaan DM Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadan juga menyebutkan aktivitas jasmani yang berlebihan sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko hipoglikemi.
Yang tak kalah penting, pasien harus tahu bahwa dia harus menghentikan ibadah puasa saat kadar glukosa darah <60 mg/dL, kadar itu akan terus turun jika tidak segera terapi.

Jika kadar glikemi beberapa jam sesudah puasa pada angka <70 mg/dL, maka puasa harus dihentikan terutama bila pasien mendapat terapi insulin, atau sulfomilurea dan glinid. Hal lain yang menjadi tanda-tanda harus berhenti puasa yaitu saat kadar glukosa >300 mg/dL dan pasien sakit.

Survei Ramadan dan Kesadaran Penyandang Diabetes yang dilakukan perusahaan kesehatan Novo Nordisk memperlihatkan sepertiga dari responden batal berpuasa. Penyandang diabetes yang membatalkan puasa tersebut mengalami berbagai kendala yaitu rendahnya kadar gula darah atau hipoglikemia (52%), hiperglikemia (36%), lelah, pusing, dan dehidrasi (72%).

Survei juga menemukan 5% penyandang diabetes menganggap panduan dokter sangat berguna dalam menunaikan ibadah puasa. Pasien diabetes sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter sebelum dan selama Ramadan,” kata Medical Manager Novo Nordisk Indonesia Luki Mulia.

Survei kepada 407 partisipan diabetasi di Malaysia, Uni Emirat Arab, Aljeria, dan Afrika Selatan. Survei memperlihatkan lebih dari setengah partisipan dapat berpuasa dengan kondisi diabetes tanpa mempengaruhi kegiatan sehari-hari. (http://ramadan.bisnis.com/read/20150614/390/443217/puasa-aman-bagi-penderita-diabetes-perhatikan-rambunya)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version