Yogyakarta – Masangin adalah tradisi berjalan di tengah pohon beringin kembar di Alun2 Selatan Yogyakarta dengan mata tertutup. Meski terkesan simpel, namun tak mudah untuk bisa melewati beringin kembar dengan mulus.
Tradisi Masangin ini mulai dilombakan, Jumat (31/7/2015). Pesertanya cukup mencapai 200 lebih. Mereka dari masyarakat lokal, wisatawan domestik dan asing. Lomba ini cukup seru dan lucu sehingga mengundang tawa penonton.
Peserta disuruh memakai topeng monyet, lalu berjalan menuju beringin kembar. Sampai waktu habis yakni (10 menit) peserta, ada yang ber-putar2 sambil berjoget dengan iringan musik tradisional Jathilan dan Reog. Mereka tak sampai ke finish.
Lisa Raphals (64), bule asal Singapura ini penasaran setelah melihat keseruan Masangin. Ia pun mencobanya. Dengan diberi aba-aba oleh suaminya John Baez (54), ia bisa menyelesaikan sampai finish. Saat ditengah-tengah dua pohon beringin bule ini sempat ragu-ragu dan berhenti. Ia mengaku tidak sulit untuk mengikutinya.
Muktiarto (55), meski setiap hari ia melihat orang melakukan Masangin namun setelah mencoba sendiri ternyata sulit. Perasaan sudah lurus, namun ternyata berbelok dan keluar garis sehingga didiskualifikasi.
“Kelihatanya sudah bener, ternyata berbelok, malah muter-muter,” kata Muktiarto di Alun-alun Selatan Yogyakarta, Jumat (31/7/2015).
Kasubag Program dan Informasi Dinas Pariwisata DIY, Setyawan Kresno Edi, mengatakan tradisi Masangin pada masa kasultanan Mataram Yogyakarta awalnya sebagai tantangan bagi prajurit atau siapapun. Masangin menjadi tantangan untuk mental, kejujuran, kebenaran dan pikiran bersih. Dengan mata tertutup, tetapi prajurit bisa berjalan lurus.
“Sekarang tradisi ini menjadi daya tarik wisata yang unik. Ke depan lomba akan dikembangkan dan mengundang peserta dari seluruh Indonesia,” katanya.
Lomba Masangin ini terbuka untuk umum dan gratis. Hadiahnya handphone dan kipas angin.
(Try; http://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/2980380/seru-dan-lucunya-lomba-masangin-di-yogya-bule-pun-ikut-mencoba)-FatchurR