P2Tel

Penemu Wifi arek Suroboyo

Saat ini, khususnya di kota besar, Wireless Fidelity atau lebih populer disebut wi-fi tampaknya sudah menjadi kebutuhan dalam berkomunikasi. Di kantor, kampus, perpustakaan, tempat makan, rumah, wi-fi dapat ditemui dengan mudah. Penggunannya juga tidak rumit.

Kita cukup nyalakan gawai kita seperti telepon pintar atau tablet, lalu mencari koneksi wi-fi yang tersedia, klik, dan kita pun terhubung. Begitu mudahnya dan efisien—mengingat kecepatannya yang lebih tinggi, sehingga tak membutuhkan banyak waktu untuk menemukan yang kita cari, menerima atau mengirimkan yang kita perlukan.

Tidak seperti pada tahun 1990-an, kita tak perlu mencari sambungan telepon untuk terkoneksi dengan internet. Singkatnya, wi-fi memudahkan komunikasi internet kita. Untuk itu, kepada Victor “Vic” Hayes—seorang insiyur elektronika asal Belanda kelahiran Surabaya tahun 1941-lah kita sepatutnya berterima kasih.

Ia disebut sebagai bapak wi-fi (Luke, 2013: 4; IEEE CS, 2015) karena di bawah kepemimpinannya selama 10 tahun sejak tahun 1990, Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), asosiasi profesional untuk kemajuan teknologi, mampu mengembangkan protokel nirkabel (wireless) sekaligus mengembangkan pemasarannya secara global (The Suit, 2014).

Hayes juga orang yang berhasil meyakinkan otoritas di Eropa tentang pentingnya jaringan nirkabel ini (IEEE CS, 2015). Maka, tak berlebihan bila Hayes dijuluki sebagai bapak wi-fi dan wi-fi diklaim sebagai inovasi penting asal Belanda karena di Nieiwegein lah, tempat Hayes bekerja, wi-fi dikembangkan.

Sekilas tentang wi-fi, wi-fi bekerja dengan menggunakan gelombang mikro (microwave) yang dapat memancar melewati ionosfer, lapisan atas atmosfer. Ini berbeda dengan gelombang radio (radio wave) yang direfleksikan melalui ionosfer dan tidak mampu melewati ionosfer.

Dengan sifatnya yang demikian, gelombang mikro mempunyai frekuensi yang cukup tinggi untuk dapat mencapai satelit geostationer, yaitu jenis satelit komunikasi yang terletak tepat di atas garis khatulistiwa dan (BBC, 2014).

Untuk inovasi berupa wi-fi tersebut, Hayes mendapatkan beragam penghargaan seperti Hans Karlson Award untuk dedikasinya pada kemajuan teknologi dan penggunaannya di banyak segmen dan aplikasinya yang memberi keuntungan pada kita semua.

Vosko Trophy dari Vosko Networking—perusahaan jaringan asal Belanda—untuk upayanya dan timnya dalam pengembangan wi-fi, dan penghargaan paling penting adalah penghargaan dari Wi-Fi Alliance untuk kepemimpinannya yang hebat (IEEE CS, 2015).

Dalam wawancaranya dengan John Cox dari Network World tahun 2011, Hayes selalu menggunakan kata “kami” untuk mengacu pada kerja-kerja pengembangan wi-fi yang telah membuat namanya menjadi tenar. Hayes juga tak melupakan kawan yang mendorongnya untuk menerima posisi sebagai ketua IEEE.

Ia ingat betul, kawannya mengatakan, “Vic, kamu bisa melakukannya!”. Ia, yang semula ragu-ragu, akhirnya menerima posisi tersebut dengan mantap (Cox, 2011).

Membaca tentang Hayes, saya lebih terkesima dengan model kepemimpinannya yang rendah hati, dibandingkan temuannya yang telah mengubah cara kita berinternet. Dari Hayes, saya belajar bahwa pengakuan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh tim itu penting.

Seorang pemimpin tak akan berhasil bila timnya tak bekerja dengan baik. Biasakan menggunakan kata “kami” bila itu mengacu pada kerja-kerja tim. Dan, yang terpenting adalah, jangan lupakan orang-orang yang telah membantu kita untuk sukses—apapun bentuk bantuannya: ungkapan, tenaga, finansial, atau lainnya. Kita tak pernah bisa sukses sendirian.

Akhirnya, saya berharap semoga ia tak lupa dengan kota tempat kami sama-sama dilahirkan, Surabaya. Juga berharap, Surabaya berkontribusi membentuknya menjadi orang yang baik.
Adi Djoko; Irmia Fit5riah; http://hwc2015.nvo.or.id/573-vic-hayes-pemimpin-rendah-hati-yang-menemukan-wi-fi/)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version