Dalam suatu Seminar Mengatasi Banjir Internasional Yang Diadakan di Leiden, Belanda,,,
Mr. Dullah Van Indonesie (Pakar Perbanjiran Belanda Keturunan Indonesia): “Saya sangat bingung, Saudara-saudara, sepengetahuan saya di seluruh dunia, ketinggian banjir di ukur dengan parameter milimeter atau centimeter, nah di Indonesia,,,? Semuanya diukur dengan parameter tubuh manusia,,,! Sebetis, sepaha, sepinggang, selutut, sedada,! Bagaimana ini,,,?”
Mr. Otong (Pakar Perbanjiran Asli Indonesia): “Maaf, Mr. Dullah,,,! Pendapat anda tidak sepenuhnya benar,,,! Dalam keadaan genting, dan transisional seperti banjir yang kami alami di Jakarta, misalnya, mengukur ketinggian banjir menggunakan alat ukur penggaris sangat tidak efektif dan efisien.
Maka parameter dengkul, paha, pinggang menjadi solusi yang tepat,,,! Dan dugaan anda sebenarnya juga kurang tepat, karena banjir di Indonesia itu sebenernya cuma sampai MATA KAKI saja,,,! Tapiii kalo mengukur dan meilihatnya dari helikopter, Mister,,,!” (Suhirto M)-FR
———
Lada hitam
Obed anak jawa lagi melakukan pendaftaraan penerimaan mahasiswa baru.Dngan cepat dia mengisi formulir pendaftaran, tapi sampai kolom warna kulit,dia berhenti dan berpikir krn bingung.Terpaksa Obed lirik ke sebelah kiri dan kanan.
Di sebelah kanan kebetulan temannya berasal dr Manado. Obed berpikir,kok dia tulis KUNING LANGSAT sih.Apakah hrs pake nama buah2an.Obed makin pnasaran.Dia lirik ke kiri,kebtulan temannya dari Jawa barat.Obed lihat dan dlm hati brpkir,knapa dia tulis sawo matang. Itu kan jga nama buah2an. Obed berpikir, dan kmdn tersenyum sendiri saat dia punya ide utk tulis warna kulitnya.
Akhirnya Obed isi dengan mantap di kolom warna kulit: LADA HITAM. (Adi Djoko)-FR
——-
Kaya kok pelit
Anak: “Bu, bu tetangga tuh katanya kaya, tapi pelitnya luar biasa”
Ibu : ” Huss..baru selesai Lebaran, gak boleh ngomong begitu, menuduh orang sembarangan”
Anak: “Betul Bu, aku melihat dengan mata kepala sendiri”..
Ibu : “Melihat langsung? Coba apa yang kau lihat.”..
Anak; “Kaya demikian lho, masak anaknya menelan (tertelan) uang hanya Rp 500,- kok bingung benar”…
Ibu : Haaa……? (Suhirto M)-FR