DI tengah kelesuan ekonomi, Presiden Jokowi meresmikan proyek pembangunan PLTU Batang, Jateng. Proyek itu dinilai ikut menghadirkan sentimen positif, perekonomian bakal membaik. Presiden menegaskan bahwa tidak boleh ada lagi proyek yang mangkrak karena masalah perizinan atau pembebasan lahan.
Proyek PLTU Batang senilai US$4 miliar (sekitar Rp56 triliun) dan disebut-sebut terbesar di ASEAN seharusnya beroperasi tahun depan, tapi pembangunannya tertunda empat tahun. Proyek ini menjadi bagian dari skenario untuk merealisasikan target pembangunan pembangkit listrik bertotal kapasitas 35 ribu megawatt hingga 2019.
Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi sampai akhir 2019 mencapai 97% dari jumlah rumah tangga di Indonesia dan pada 2020 menjadi 99%.
“Anak-anak di perbatasan harus bisa belajar di malam hari dan nelayan bisa menyimpan ikan hasil tangkapan di tempat pendingin. Konveksi-konveksi kecil, warung-warung, dan usaha kecil lainnya bisa hidup dan semua itu membutuhkan listrik,” ujar Jokowi.
Pemerintah, imbuh Presiden, secara lintas sektoral akan bekerja keras melakukan terobosan untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan pembangkit listrik. Sebab, Indonesia akan dihadapkan pada krisis listrik pada 2019 sehingga pembangunan pembangkit listrik tidak bisa ditunda lagi.
Pada kesempatan itu, Dirut PT PLN Sofyan Basir menyatakan pemerintah melalui PLN telah meluncurkan program elektrifikasi di pulau terdepan dan daerah perbatasan. Menurutnya, 149 unit mesin diesel dibangun di 50 lokasi yang tersebar di 13 provinsi seperti Nangroe Aceh Darussalam, Sumut, Riau, Sumbar, Kalbar, Kepulauan Riu, dan NTT.
“Kami berharap ini dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warga yang sebelumnya belum menikmati manfaat listrik,” katanya.
Jaga optimisme
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan proyek PLTU Batang bisa menjadi bagian dari upaya untuk menjaga optimisme di tengah perlambatan ekonomi saat ini.
“Akan ada sentimen positif,” tandasnya.
Hanya saja, optimisme pasar tidak serta-merta tumbuh karena satu proyek. Proyek-proyek lain harus mengikuti agar pelaku pasar benar-benar yakin bahwa sebenarnya perekonomian kita masih prospektif.
“Proyek lain yang bisa memicu keyakinan pasar harus yang menyangkut pembangunan infrastruktur. Sebentar lagi ada kereta cepat Jakarta-Bandung.”
Kalangan pengusaha juga menyambut baik dimulainya pengerjaan megaproyek PLTU Batang. Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani menekankan, jika sudah beroperasi, PLTU itu bakal menumbuhkan bisnis.
“Ya, tentu saja kami menyambut positif.”
Proyek PLTU Batang hanya satu dari sekian banyak proyek infrastruktur yang dikebut oleh pemerintahan Jokowi. Sejumlah proyek lain pun telah dan akan segera dikerjakan, seperti pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung.
Di sektor jalan raya, pemerintah menugasi PT Hutama Karya mempercepat proyek Tol Trans-Sumatra.
Sementara Pemprov DKI Jakarta berkomitmen mempercepat proyek moda raya terpadu (MRT) dan bus rapid transit. ((Ire/Jay/PO/X-9; http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/14859/Listrik-35-Ribu-Mw-Harus-Tercapai/2015/08/29)-FatchurR