Mencermati tulisan ini, terlintas kembali keampuhan HAPS (High Altitude Platform Stations) yang akan diangkat dalam WRC-15, Jenewa, 2-27 November ini. (periksa sajian sebelumnya di : )
CITEL (Asosiasi semua negara di benua Amerika) dalam dokumen WRC-15 no. R15-WRC15-C-0007!A24-A6!MSW-E, mengusulkan diterimanya Agenda Item mengenai HAPS untuk dibahas dalam WRC-19.
Jika diterima, maka 4 tahun ke depan harus dipersiapkan dasar teknis dan regulasinya oleh Kelompok2 Studi (SG) ITU-R terkait.
Ide HAPS ini pernah diangkat Australia dan Indonesia. Nampaknya usaha mantan Sekjen ITU dari Australia, Dick Butler, tidak memperoleh respons posiitif dari industri dan administrasi Australia. Seraya Indonesia sangat berkepentingan karena besar manfaatnya bagi daerah luas di Provinsi dan Kabupaten di luar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Para operator di Indonesia nampaknya kurang tertarik untuk mengejarnya, karena lebih terpukau pada sistem2 akses yang menghasilkan dalam jangka pendek. Promosi dari perusahaan nasional nampaknya bisa mengundang perhatian dari pemerintah, yang berkepentingan memeratakan akses pitalebar ke daerah2 terpencil, perbatasan, dan pulau2 terluar.
Singkatnya ada baiknya dalam WRC-15 ini kita ikut mendukung usul CITEL ini, dan kemudian bekerjasama dengan mereka untuk mengembangkannya.
Ketinggian dari balon udara atau pesawat tanpa awak (UAS) yang berada di suatu ketinggian dan lokasi tetap, 20-50 km di atas permukaan, sehingga dengan mudah menjangkau suatu pulau luas hingga radius 1000 km atau lebih dengan kapasitas ratusan Mbps hingga Gbps tergantung lebarpita frekuesi yang digunakan.
Jelas layanan ini adalah komplementer terhadap jaringan terestrial pitalebar lain Serat Optik (SO), termasuk IMT yang kapasitasnya jauh lebih besar, namun terbatas karena mahalnya ke lokasi tsb..
Perangkat HAPS tidak terlalu canggih, dan harapannya bisa diproduksi di dalam negeri, minimal perangat di bumi, atau menggunakan tilpon genggam yang ada, sedangkan perangkat pesawat atau balonnya bisa menyusul kemudian.
Apabila kita berhasil, maka kitapun bisa menjadi pelopor di antara negara2 berkembang dan bisa jualan ke negara lain, baik Asia Pasifik maupun Afrika. (Salam, APhD)-FR