Testimoni dari seorang anggota P2Tel
Seperti umumnya kebiasaan saya jika bertemu sahabat, tidak lupa memancing diskusi tentang penyakit atau seputar paradigma sehat dan bisa berkembang pada obrolan kejaiban enzyme. Modal saya adalah telah dua kali mengikuti ceramah kesehatan oleh dr. Tan Shot Yen SH. Mhum yang diselenggarakan YAKES TELKOM.
Beberapa tanggapan tentang implementasi anjuran tentang Paradigma Sehat kepada teman-teman yang juga ikut ceramah dokter yang bersuara keras itu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. “Tanpa melakukannya, selama ini saya tidak pernah sakit, jadi tidak harus mengimplementasikannya”
b. “Implementasi Paradigma sehat dan keajaiban enzyme itu hanya untuk mereka yang berpenyakit”
c. “Gak ada urgensinya mengimplementasikannya”
d. “Saya sehat, karena yang penting prinsipnya tidak kebanyakan makan apapun”
e. “Sakit dan sehat itu adalah takdir yang harus disyukuri, tidak perlu repot-repot”
f. “Saya telah mencobanya, namun belum sepenuhnya dijalankan”
g. “Boro-boro paradigma sehat yang pasti nambah biaya, dengan MP yang segitunya saja ngos-ngosan”
Seorang teman lain berpendapat “Semua penyakit itu datang dari kepala dan mulut”. Dia katakan bahwa penyakit itu datangnya dari jalan pikiran negatif (tidak berpikir positif) dan asupan makanan.
Dengan kata lain, kesehatan yang penderitanya meningkat tajam berkaitan erat dengan asupan makanan, cara pandang, olah pikir, dan olah raga. Disamping itu yang menarik, mereka yang antagonis umumnya belum membaca atau memahami secara utuh tentang “Keajaiban Enzyme” dan “Paradigma Sehat”.
Saya tidak ingin menilai beberapa komentar diatas, karena semua itu adalah persepsi mereka berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan kondisi kesehatan mereka. Semua bagus untuk bahan bagi saya, menganalisa lebih lanjut dan untuk cermin bagi diri saya. Yang pasti kondisi awal tubuh masing-masing individu berbeda satu sama lain.
Marilah sudut pandang ini kita kaitkan dengan “The Miracle of Enzyme” karya Hiromi Shinya, M. D. Dia adalah seorang ahli gastroenterologi dan ahli bedah terkenal didunia. Dari buku tersebut dan dari brosur Paradigma Sehat dari YAKES TELKOM.
a. Saya cenderung meyakini Buku dari Dr Hiromi Shinya ini patut dibaca, dipahami dan dicoba, karena Shinya berpengalaman memeriksa lambung dan usus serta mencatat sejarah kebiasaan makan lebih dari 300.000 pasiennya (“The Miracle of Enzyme”, hal. 8). Dan yang penting, sebagai dokter ia dengan berani membuktikan metodenya itu pada dirinya sendiri. Ia bahkan menguji-cobakan semua obat-obatan sebelum ia berikan pada pasiennya dengan menelannya dalam dosis yang relatif kecil.
b. Tidak sakit tidak sama dengan sehat (hal-44).
c. Seseorang yang berumur 100 tahun sehat dan yang berusia sama tetapi relatif lama tergeletak di tempat tidur, bedanya ada pada kebiasaan makan dan aktivitas harian yang terakumulasi selama hidupnya (hal-47). Jadi bagi siapapun kini dan tidak sakit, pada saatnya terlihat dari menjelang akhir hidupnya.
d. Definisi sehat menurut Orgnisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial. Artinya sehat harus dilihat sebagai satu kesatuan utuh terdiri dari: Fisik, mental, social, dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan kesehatan integral (Referensi dari brosur Paradigma Sehat dari YAKES TELKOM).
e. Meski saat kita sakit, tidak ada biaya pengobatan/rawat inap yang harus dikeluarkan, tapi apa enaknya kita hidup tidak produktif dan menjadi beban bagi orang lain. Karena itu tindakan pencegahan semaksimal mungkin sangat diperlukan.
f. Saran saya cobalah anda cari tulisan tentang The Miracle of Enzyme, melalui website YAKES TELKOM, website pensiunan, dan Buletin Penstel, bisa juga dari Google Search. Disitu relatif lengkap walau ada yang terpotong-potong atau beli buku yang saat ini harganya sekitar Rp. 84.000. Upayakan pahami substansinya dan agar tidak sia-sia, marilah bersama kita mencoba mengimplementasikannnya.
g. Pada akhirnya, saya menjalankannya dengan mengurangi/menjauhi kenyamanan asupan rutin. Jika sulit melakukannya 100% karena tantangan dan kadang kondisi yang tak memungkinkan tidak masalah. Yang utama semangat untuk memahami dan mengetahui manfaat dan resikonya jika menyimpang.
Marilah kita membangun harapan agar disisa usia kita masih bisa bermanfaat dan dapat meningkatkan ketaqwaan sebagai persiapan dipanggil olehNya”. (FatchurR-490197)
(Dikutip dari http://yakestelkom.or.id/artikel/detail/30)-FR