Lelaki tua itu, umurnya barangkali menginjak 75 tahunan. Namun kerutan kulitnya terlihat lebih banyak di tangan ketimbang di wajahnya. Badannya masih terlihat atletis, tidak gendut atau justru kerempeng, tidak seperti lelaki tua kebanyakan. Senyumnya selalu mengembang, terlihat bahagia sekali.
Tangannya tak pernah lepas, memegang dan sesekali mengusap jemari wanita yang juga tak kalah tuanya, yang duduk bersandar di lengannya. Sang nenek, mungkin usianya juga sudah memasuki 73 tahunan. Tapi, berani bertaruh, jika semasa muda dulu sang nenek sangat cantik. Senyumnya nampak mempesona.
Matanya, meski sudah tua, tampak berkerjap-kerjap ketika berbicara, seolah juga ingin berkata-kata bahwa hatinya tengah berbunga-bunga. Hidung nenek itu kecil mancung, serasi dengan wajahnya yang oval. Bibirnya mungil masih sempurna, nampak disaput tipis lipstik berwarna pink.
Kakek memakai jaket hitam yang lebih mirip jas. Sementara nenek memakai jaket wool warna coklat.
Penumpang kereta api eksekutif Turangga yang duduk satu gerbong dengan pasangan ‘senja’ itu, banyak yang dibuat iri oleh kemesraan mereka.
Beberapa penumpang berbisik-bisik ketika tiba-tiba sang nenek mencubit pelan dan manja perut sang kakek.
Ekspresi nenek menunjukkan gemas dan sayang. Sedangkan kakek hanya senyam-senyum saja. Seorang wanita paruh baya yang duduk di samping mereka, terlihat menyikut rusuk suaminya. “Malu nggak tuh kamu sama kakek dan nenek”
“Kawin aja baru delapan tahun, tapi mana pernah kamu mesra ke aku,” bisik sang wanita ke suaminya sambil berdesis. Mendadak lelaki yang disikut istrinya memecah keheningan: “Mohon ma’af Kakek/Nenek, saya lancang bertanya nih. Apa resepnya agar tetap rukun sampai tua begitu ?”
“Terus terang kami salut dengan kemesraan kakek dan nenek,” katanya.
Sang nenek hanya tersenyum simpul menerima pertanyaan yang mendadak itu.
“Begini… Nak,” sang kakek mencoba mewakili menjawab. “Kami selalu saling memperhatikan. Kalau sedang tidak ber-sama2 atau kumpul, hampir setiap jam kami saling telpon, tanya keadaan masing2. Kami saling kenal, sejak saya usia 17 tahun.”
Semua penumpang yang mendengar keterangan kakek pada melongo. Mereka takjub, ternyata pasangan tua itu sudah lama sekali berinteraksi dan berhubungan. Dan selama itu pula mereka berdua tetap mampu menjaga kemesraan.
Memasuki stasiun Surabaya Gubeng, kereta melambat. Kakek dan nenek segera beranjak berdiri… merapikan baju masing2 dan mengambil tas kecil yang ada di rak, di atas tempat duduk. Mereka baru saja pulang dari Jakarta dalam rangka reunian alumni sekolah SMA nya jaman mereka masih muda.
Ketika hendak menyusuri gerbong, nenek terlihat mesra mencium pipi kakek. Lalu dibisikinya si kakek: “Sayangku, cintaku… nanti kalau turun kamu lewat pintu gerbong yang belakang ya. Aku lewat depan. Tadi bapaknya anak-anak SMS, katanya dia mau jemput aku di stasiun. Dua hari ditinggal reuni, katanya sudah kangen banget.”
Kakek sebentar diam sebelum membalas mencium nenek sambil berkata: “Iya honey… jaga kesehatan demi aku ya…”
.”Sudah sayang, cepat jalan ke depan, nanti mas Parto tahu kalau kita pergi berdua… bisa berabe nanti.” jawab si nenek. (Suhirto M)-FR