Ada teman yang ingat: Keesokan harinya adallah hari Pahlawan, 10 November. #Penderitaan_ini_belum_ada_apa–#apanya dibanding dg yg telah dilakukan para pahlawan, katanya.
Maka kemudian kami tegakkan badan. Berjalan, berbaris, berbanjar 2. Ada yang iseng-iseng memberi aba-aba. Dan kami benar-benar berbaris mengikuti aba-aba itu. Sambil membawa senjata. Eh, salah ketik. Membawa tikar..!!
Waktu sudah menunjukkan sekitar jam 9 malam, saat “pasukan bersenjata tikar” memasuki markas batalyon JROP, di Tanah Lapang Kecil. Karena sudah capek, semua pasukan langsung menggelar tikar.
Langsung ngorok…
++
Tengah malam saya terbangun. Saya lihat jam, ternyata baru jam 23.30. Berarti masih tanggal 9 November juga. Juga berarti saya punya kewajiban: melanjutkan ceritera. Saya terbangun karena punggung rasa pegel sekali. Waktu itu saya terpikir, mungkin karena biasa pakai kasur – ini hanya pakai tikar yang langsung ditaruh di atas lantai. Tapi selain rasa pegal, saya sebenarnya juga merasa dingin.
Karena itu kemudian saya ambil sarung satu lagi, selain sarung yang sudah saya pakai. Sarung yang kedua saya taruh di atas tikar, sebagai alas tidur. Karena setelah saya rasa-rasa, dinginnya itu dari bawah. Tikar juga terasa dingin sekali. Koran-koran yang tersisa, juga akhirnya saya taruh di bawah tikar, untuk memperkuat pertahanan dari rasa dingin. Pinginnya sih melanjutkan ngoroknya..
Tapi glimpang-glimpung, saya merasakan dingin dari bawah mengganggu. Bukan dinginnya udara. Tapi sekali lagi: dari lantai. Saya coba raba-raba, ternyata lantainya memang dingin sekali. Lantainya dari semen. Saya coba rasakan, perasaan saya sih, lantai ini masih agak basah. Mungkin renovasinya sebenarnya baru saja selesainya – masih bisa dihitung harinya. Dua atau tiga hari yang lalu..
Dan ingat: ini bulan November Berarti sudah mulai memasuki musim hujan Dalam ilmu “gathuk” kan, katanya: September – iku sat sating sumber (sumber air pas kering-keringnya); November – wiwit ono sumber (mulai ada hujan); Desember – gede-gedene sumber (puncak musim hujan); Januari – hujan saban hari. Akhirnya, saya putuskan duduk2 saja. Saya lihat 5 teman saya tetap asyik dengan tidurnya.
++
Jam 01.00 saya belum bisa tidur. Dingin dari lantai naik ke atas, membuat saya ngantuk sekaligus rasa greges kayak masuk angin-dan tak bisa tidur. Rupanya salah satu teman yang tadi tetap ngorok, akhirnya ikutan terbangun, dan ikutan duduk2 di tikar juga. Tanya saya, kenapa tidak tidur. Setelah saya jelaskan yang saya rasakan, dia coba raba-raba, ternyata seluruh badan dia juga dingin. Juga ada rasa greges.
Hanya karena tertidur pulas – beliau tidak rasakan semua itu. Jam 01.30 saya memutuskan bangun dan akan ke kantor Witel XI yang letaknya tidak jauh. Hanya di belakang rumah dinas. Itupun ada pintu penghubungya. Saya putuskan mau numpang tidur di kantor saja. Teman yang terbangun tadi – memutuskan mau ikut saya, tidur di kantor.
Saat itu belum jamannya Satpam. Hansip adanya siang hari. Karena yang jadi Hansip, karyawan aktif. Jadi yang jaga di Kantor adalah penjaga malam. Penjaga malam ini adalah TLH atau Tenaga Lepas Harian. Saat sampai di kantor, sang penjaga malam saya cari keliling tidak ketemu. Pintu kantor kami buka pun tidak ada yang menegor. Sehingga kalau kami berniat buruk – misalnya mencuri, tidak ada yang tahu.
Setelah saya coba cari, saya lihat ternyata dia lagi tidur. Sendirian. Ya – kantor sebesar itu, yang jaga hanya seorang diri. Setelah saya perkenalkan diri, saya jelaskan siapa saya, dia langsung percaya begitu saja. Saya kemudian bilang – mau numpang tidur. Dia pun mempersilakan. Disuruh milih diantara beberapa sofa yang ada. Ditawari – kalau mau minum kopi, dia mau buatkan.
Karena kedinginan, tentu saya mau. Maka kami minum kopi bertiga. Yaitu kami berdua, dan penjaga malam. Soal namanya saya lupa. Kami ngopi di sofa yang rencananya kami pakai tidur. Jam 02.00 kami dengar pintu depan ada yang membuka. Saya segera berdiri untuk melihat siapa yang datang. Saya sih mengira yang datang adalah teman-teman yang tadi saya tinggal – yang masih ngorok di rumah dinas.
Tapi penjaga malam bilang, “biar saja pak, jam segini dating-itu pasti pak Bambang Tjahjono, Bc.AT. Beliau adalah staf di UKH – setingkat Kepala Seksi. “Biasanya itu karena beliau tidak bisa tidur. Terus nanti ngopi di sini”. Ternyata benar, yang datang adalah pak Bambang Tjahjono. Maka kami pun ngobrol. Semua pengalaman kami ceriterakan. Beliau geleng kepala mendengar ceritera saya.
“Nanti habis ngopi – adik2 tidur di rumah saya saja. Saya sendirian di rumah sebesar itu. Saya bujang lokal”. Alhamdulillah, sehabis ngopi, kami ikut ke rumah pak Bambang – yang tinggalnya di rumah dinas di sebelah kiri kantor, tetapi yang menghadap ke arah kantor. Pak Bambang Tjahjono di rumah itu hanya sendirian. Keluarganya tinggal di Surabaya. Begitu ketemu kasur, saya langsung tertidur. Sampai pagi…
+++
PENUTUP
Waktu – sebenarnya sudah masuk tanggal 10 November 1976. Sehingga itu bukan merupakan tanggal yang akan kami ceriterakan. Tanggal 9/11/1976 – kalau orang lain membaca, sepertinya seperti atau seakan adalah full duka. Melalui “Penutup” ini saya sampaikan itulah proses yang harus kami lalui.
Kami tidak ada rasa dendam sedikitpun dengan semua yang telah membuat ini terjadi.
Karena saya merasa pasti, semua ujian itu yang telah membuat kami bisa seperti sekarang. Kami sudah “pensiun” dari Telkom, berarti kami sudah lulus ujian. Bahkan saat ini kami masih diberi kesempatan PENJANG (pensiun diperpanjang)/ gabung dan masih ada di jajaran “TELKOMGroup”, di usia kepala 6 – tepatnya di Telkomsel.
Itu semua berkat tempaan dan ujian pengalaman dan ujian kesabaran yang kami hadapi – termasuk yang kami hadapi “seharian” di tanggal 9 November 1976 itu. Gampangannya, kami merasa dan selalu merasa ceritera kami adalah ceritera yang “happy ending”. Meskipun di hari “tertentunya” menyedihkan.
Kami tetap mensyukuri semua yang telah terjadi.
+++
Ringkasannya adalah:
• Tanggal 9 November 1976 penempatan pertama setelah pendidikan/Kandatex Ambon
• Awal Desember 1976 (20 hari setelah di Ambon) saya sudah langsung mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Pattimura Ambon. Karena inilah motivasi utama saya untuk bekerja/masuk Telkom
• Tanggal 17 Desember 1976 saya sudah dinyatakan lulus test masuk FE Unpatti
- Tahun 1981 saya terpilih sebagai mahasiswa teladan propinsi Maluku
• Tahun 1981 itu saya juga terpilih sebagai karyawan Teladan tingkat Kandatex
• Tahun 1983 saya lulus S1 FE/Manajemen Unpatti dengan IP = 4 (karena semangatnya untuk bisa lepas dari JROP/karyawan tingkatan Tamtama) - Tahun 1983 saya lulus test Orientasi Sarjana Muda (OSM)/ PATU Telkom
• Tahun 1984 saya pindah ke Waskugtel Kantor Pusat (posisi sudah bukan Tamtama/JROP lagi. Jadi “perwira” tanpa melewati jenjang bintara)
• Tahun 1989 saya pindah ke SPI Witel VI Semarang - Tahun 1989 saya masuk Penjenjangan S1 (lagi) di FE UGM/Akuntansi
• Tahun 1991 saya lulus sebagai wisudawan terbaik FE UGM dgn IP 3,98 (dasarnya suka belajar sih.. )
• Tahun 1991 saya ditempatkan kembali ke Witel VII Surabaya
• Tahun 1999 saya masuk Penjenjangan S2 di STMB - Tahun 2000 saya lulus sebagai wisudawan terbaik di STMB dgn IP 3,91(dasarnya suka belajar)
• Tahun 2006 saya pindah Pusat/Bandung – Internal Audit
• Tahun 2007 saya mendapat jabatan kedua/rangkap di Telkomsel
• Tahun 2011 saya pensiun dari Telkom - Tapi belum pensiun untuk posisi di Telkomsel – sampai hari ini.
Sambil mengajar dan melayani konsultasi untuk bidang yang saya tekuni ke beberapa BUMN lainnya.
Sekarang pun masih tetap belajar. Tapi belajar sebagai “pengusada” (therapist) – mulai dari akupunktur sakit, akupunktur kecantikan sampai chiropractor. Sebagai persiapan last curve business dan sekaligus sebagai ladang amal saat sudah full pension nanti. Alhamdulillah.. (Agus Suryono)-FR