Kok bisa ya Soto Jowo rasa Bandung
Pada suatu ketika, Pak Johar yang tinggal di Bandung kedatangan keluarga dari Jawa Tengah. Ini keluarga besar, dari kakek nenek sampai cucu. Mereka kemudian diajak jalan2 ke pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari rumah Pak Johar. Di sana mereka ”cuci mata”, me-lihat2 barang yang dipajang. Untuk anak kecil diajak bermain di tempat permainan yang ada ti tempat itu.
Setelah puas ‘cuci mata’ n bermain, oleh Pak Johar diajak makan siang di tempat makan (‘food court’) lantai sekian. Mereka memilih menu yang ada. Anak2 mencoba menu ini dan itu yang belum pernah dimakan. Ortu yang dari Jateng lebih suka memilih makanan yang dikenal dengan baik, yaitu : Soto.
Di tempat itu ada penjual soto dengan nama Soto “Moro Seneng”. Ini bukan nama sebenarnya, karena menyangkut kode etik penulisan, he he he. Namanya tidak begitu jauh dengan nama itu. Huruf yang dibaca ‘a’, di nama itu ditulis dengan ‘o’, seperti di kata ‘Moro” yang artinya datang.
Itu menandakan nama itu nama khas Bahasa Jawa dari Jateng bagian tengah sampai Jattim. Tentu sotonya, soto khas dari Jawa Tengah atau Jawa Timur dengan ciri : bahan utama terdiri dari so-on, kol, daging ayam atau sapi dan bumbunya khas dari Jawa Tengah dan Timur. Perkiraan di benak mereka.
Setelah menunggu sebentar, datang juga beberapa mangkok soto yang dipesan. Begitu tiba di meja, Pak Johar kaget, sebab yang datang bukan soto ‘a la’ Jateng atau Jatim, tetapi Soto Bandung. Soto ini jauh beda dengan soto Jateng-Jatim yang dibayangkannya, sebab bahan utama soto Bandung ini terdiri dari : daging sapi, lobak putih dan ada kacang kedelai goreng. Rasanya beda dengan soto ‘a la’ Jateng-Jatim.
Orang warung dengan nama “ Jowo ” dan dibayangkan yang datang adalah soto a’ la’ Jawa, kok yang datang soto Bandung . KBY. Kok bisa ya ? (Widartoks 2015)-FR