003 Tahukah Anda keajaiban surat Al Lahab?. Dr.Gary Miller, ilmuwan, ahli matematika yang mempelajari Al Qur’an menemukan keistimewaan surat Al Lahab dari sudut logika. Yang ditemukan Dr.Miller, Abu Lahab membenci Islam, ia ikuti Nabi kemanapun Nabi pergi untuk mempermalukannya.
Jika ia melihat nabi bicara dengan orang asing, ia biasa menunggu sampai nabi selesai dan menanyakan kepada orang asing itu, “Apa yang dikatakan Muhammad padamu? Muhammad itu pembual, jika ia berkata putih, maka kenyataannya hitam. Jika ia berkata malam, nyatanya siang”. Ia selalu memutar balikan perkataan Nabi untuk membuat orang tidak percaya kepada Nabi.
Surat Al Lahab (surat ke 111) turun dalam urutan ke 5, di Mekkah, awal kerasulan Nabi Muhammad. Bunyi surat ini tentang Abu Lahab, paman Nabi sendiri, yang akan dimasukan Allah ke neraka. Sejarah mencatat kematian Abu Lahab di Mekkah setelah tahun kedua Hijrah. Abu Lahab, sakit demam setelah mendengar kekalahan pasukan Quraisy dalam perang Badr.
Sepuluh tahun sebelum kematian Abu Lahab, Allah melalui surat ini telah memberitahukan kepada Nabi bahwa Abu Lahab akan pergi ke neraka, atau dengan kata lain, Abu Lahab, tidak akan menjadi muslim.
Selama 10 tahun, Abu Lahab, bisa berkata: “Muhammad berkata, saya tidak akan masuk Islam. Apa yang hendak anda katakan bila saya sekarang masuk Islam dan menjadi muslim. Apa yang kini anda pikirkan? Apakah Muhammad berkata benar atau salah? Apakah semua ayat-ayat itu berasal dari Tuhan?
Tapi Abu Lahab tidak melakukan itu (jadi muslim), sungguhpun ia bantah semua ucapan Nabi, tapi untuk yang surat yang satu itu (tidak akan menjadi muslim) ia menurut perkataan Nabi. Dengan kata lain, Allah telah memberi kesempatan kapada Abu Lahab, untuk membuktikan, Nabi berkata bohong, namun selama 10 tahun Abu Lahab tidak melakukannya, bahkan berpura-pura masuk Islampun tidak.
Abu Lahab sangat membenci Islam, dan selalu mencari kesempatan untuk mempermalukan Nabi dan ia memiliki kesempatan selama sepuluh tahun untuk menghancurkan Islam dengan membuktikan bahwa Nabi adalah pembohong. Kesempatan yang cukup ia lakukan satu menit itu, tidak dia lakukan.
Mengapa ini semua bisa terjadi? Ini bukti Qur’an bukan buatan Nabi Muhammad SAW. Nabi pernah ditegur karena tidak mengucapkan Insya Allah untuk hal yang akan dilakukan besok hari (Surat Al Kahf QS 18:23-24), tidak mungkin menyebutkan hal sepuluh tahun mendatang.
Al Qur’an adalah firman Allah. Hanya Allah tahu apa yang tersembunyi, Allah tahu Abu Lahab tidak akan jadi muslim. Jadi takdir itu terbukti ada. Namun, Allah juga memberi kesempatan yang sangat luas (dalam kasus Abu Lahab, 10 tahun) untuk merubah takdir. Wallahu a’lam bish shawab. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP )-FR
———–
Sajian IBO lainnya, silahkan saja berikut ini :
- Menyamakan laba dengan riba
- Sertifikasi Dai bila perlu
- Tidak mampu menahan beban
- Teladan Rasul
- Menghina Agama Lain
—————
Menyamakan laba dengan riba
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.Al-baqarah:275). Apa sih tujuan Islam melarang riba? Seharusnya khan asal saling sepakat, saling rela, tidak kena dosa? Hukum Islam itu dibuat untuk mengatur agar manusia mendapat kemaslahatan se-besar2nya tanpa manusia merugikan siapapun sekecil-kecilnya.
Mari kita bahas contoh LABA dan RIBA agar anda mudah untuk memahami dengan bahasa yang umum:
1-Saya membeli sebuah sepeda motor Rp. 10 Juta dan saya hendak menjual dengan mengambil untung dengan bunga 1% perbulan untuk jangka waktu pembayaran 1 tahun. Transaksi seperti ini tergolong transaksi RIBAWI.
2-Saya membeli sepeda motor Rp. 10 juta, dan saya hendak menjual secara kredit selama setahun dengan harga Rp. 11.200.000,-. Transaksi ini termasuk transaksi SYARIAH. Apa bedanya? Khan kalau dihitung2 ketemunya sama Untungnya Rp. 1.200.000?. Mari kita bahas kenapa transaksi pertama riba dan transaksi kedua syar’i.
Transaksi pertama riba karena:
1. Tidak ada kepastian harga, karena menggunakan sistem bunga. Misal dalam contoh, bunga 1% perbulan. Jadi ketika dicicil disiplin ketemu untungnya Rp. 1.200.000,-. Tapi coba kalau terjadi keterlambatan pembayaran, misal anda bisa melunasi 15 bulan, maka anda terkena bunga jadi 15% alias labanya bertambah jadi Rp. 1.500.000,-. Jadi makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk melunasi utang, semakin besar yang harus kita bayarkan.
Bahkan tidak jarang berbagai lembaga leasing ada yang menambahi embel2 DENDA dan BIAYA ADMINISTRASI, maka semakin riba yang kita bayarkan. Belum lagi ada juga yang menerapkan bunga yang tidak terbayar terakumulasi dan bunga ini akhirnya juga berbunga lagi.
2. Sistem riba seperti diatas jelas2 sistem yang menjamin penjual pasti untung dengan merugikan hak dari si pembeli. Padahal namanya bisnis, harus siap untung dan siap rugi.
Transaksi kedua syariah karena:
1-Sudah terjadi akad jelas, harga yang jelas dan pasti. Misal pada contoh disepakati harga Rp. 11.200.000,- diangsur 12 bulan.
2. Misal pembeli mampu melunasi utang bulan ke-15, maka harga yang dibayar tetap Rp. 11.200.000,- tidak boleh ditambah. Apalagi diistilahkan biaya administrasi dan denda, ini tidak diperbolehkan. Kalau begitu, penjual jadi rugi waktu dong? Iya, bisnis itu harus siap untung siap rugi. Tidak boleh kita pasti untung dan orang lain yang merasakan kerugian.
Nah, itu untuk melindungi semuanya, harus sama hak dan kewajiban antara si pembeli dan si penjual. Sama-sama bisa untung, sama-sama bisa rugi. Jadi kedudukan mereka setara. Bayangkan dengan sistem ribawi, kita sebagai pembeli ada pada posisi yang sangat lemah. (M. Burhanudin; dari grup WA-72)
———-
Sertifikasi Dai bila perlu
Merdeka.com – Keinginan MUI mengirimkan dai ke seluruh Indonesia dalam rangka mensiarkan tentang Islam moderat dan nantinya mendapat sertifikat dari MUI dapat tanggapan positif dari masyarakat. Yana misalnya, warga Bandung ini sepakat bila dai bisa bersifat moderat dan bersertifikat. Hal itu menambah tingkat kepercayaan masyarakat atas ilmu agama yang dimiliki pendakwah itu.
“Itu rencana bagus, kan kini banyak orang baru tahu agama sedikit disebut ustaz. Kita saat ini perlu ada kepemilikan sertifikat,” katanya. Sifat moderat menurutnya perlu agar bisa menegaskan Islam merupakan agama yang dapat menghargai perbedaan pendapat dan menghormati kepercayaan lain.
“Dari buku Wali Songo juga menggunakan pendekatan yang baik dalam menyiarkan agama. Tidak dengan kekerasan, itu bukan Islam,” terangnya. Tak jauh beda dengan Yana, Hasan Basri wiraswasta juga tak mempersoalkan bila dai bersertifikat dan berpandangan moderat menyampaikan dakwahnya.
Menurutnya, tidak menghilangkan nilai2 dakwah ajaran Islam. Dirinya sepakat bila tujuannya menangkal terorisme dan radikalisme. Akan tetapi, dirinya minta keinginan MUI ini jangan sampai mempersempit bagi dai yang ingin menyebarkan dakwah kepada masyarakat lantaran hal tersebut.
“Yang disampaikan tidak lari dari kaidah Islam. Bagaimana Islam jangan ada yang berkurang sedikit pun. Semua harus sesuai tuntunan. Jangan yang memiliki ilmu dakwah jadi sulit karena ada keinginan MUI ini. Jangan jadi kewajiban, tidak seperti itu. Ini penambahan kompetensi bila memiliki sertifikat,” terangnya.
Sebelumnya, Wasekjen MUI Tengku Zulkairnain menegaskan pihaknya tidak akan melakukan sertifikasi terhadap dai. Mereka hanya berkeinginan memiliki program membuat pelatihan yang tidak bersifat wajib untuk bersama mendalami Islam yang berada di tengah-tengah. (war; http://www.merdeka.com/peristiwa/sertifikasi-dai-diperlukan-asal.html)-FatchurR
———
Tidak mampu menahan beban
Seorang lelaki yang dirundung sedih dating ke khalifah Ali bin Abi Tholib, “Amirul Mukminin, aku datang karena aku tidak mampu menahan beban kesedihanku”.
Sayidina Ali : “Aku tanya dua pertanyaan dan jawablah !”
Lelaki itu berkata, “Ya”
“Apakah engkau datang ke dunia bersama masalah2 ini?” kata Ali bin Abi Tholib
“Tidak” jawabnya.
“Apa kau akan meninggalkan dunia membawa masalah2 ini?” tanya sy Ali bin Abi Tholib
“Tidak juga” jawabnya.
Sayidina Ali : “Mengapa kau sedih pada yang tidak kau bawa saat datang dan tidak ikut saat kau pergi?”
“Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini. Bersabarlah atas urusan dunia..Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan. Tersenyumlah ! karena rizkimu telah dibagi dan urusan hidupmu telah diatur….
Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur”. Sayidina Ali bin Abi tholib meneruskan : “Seorang mukmin hidup dalam dua hal, yaitu kesulitan dan kemudahan. Keduanya adalah nikmat jika ia sadari. Dibalik kemudahan ada rasa syukur.
Allah berfirman, “Allah akan Memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS.Ali Imran: 144)
Dan dibalik kesulitan ada kesabaran. Allah berfirman, “Hanya orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpan batas.” (QS.Az-Zumar: 10)
Bagi mukmin, kesulitan dan kemudahan itu ladang menabung pahala dan hadiah dari Allah SWT. Lalu kenapa masih bersedih? Jangan selalu mengeluh “Ohh masalahku begitu besar. Tapi katakan pada masalah itu, Sungguh aku punya Allah yang MAHA BESAR. (Sapuwan; dari grup WA-78/79)-FR
———–
Teladan Rasul
Dari Ibnu Abbas RA, diriwayatkan Ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasul SAW duduk menghadap para sahabat. Beliau : “Siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?” Para sahabat menjawab “Malaikat”
Rasul : “Bagaimana malaikat tidak beriman, merekakan pelaksana perintah Tuhan?”
Sahabat menjawab lagi “Kalau begitu, para Nabi”
Rasul : “Bagaimana nabi tidak beriman, sedang wahyu turun kepada mereka?”
Ketiga kalinya sahabat menjawab “Kalau begitu para sahabat2mu”
Rasulul : “Bagaimana sahabat2ku tidak beriman, mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata2ku, dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda2 kerasulanku”. Nabi SAW diam sejenak dan : “Yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudah kalian semua.
Mereka beriman, tanpa pernah melihatku. Mereka membenarkanku tanpa menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku jumpa dengan saudara2ku itu”
Masyaa Allah, semoga yg disebut Rasul sebagai saudara itu kita. Semoga hati ini selalu beriman dan membenarkan yang dibawa Rasululloh. Semoga langkah ini selalu mengikuti jejak dan langkah Rasul. Dan semoga raga ini selalu membela yang selama ini Rasul. (Adriansyah Yamin; dari grup WA-78/79)-FR
————-
Menghina Agama Lain
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini tentang adab dan akhlak kita sebagai seorang muslim terkait hubungan kita dengan pemeluk agama lain yaitu Larangan Bagi MUSLIM Menghina Agama Lain: “Jangan kamu memaki sembahan2 yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Kami jadikan tiap umat menganggap baik pekerjaannya. Kepada Tuhan merekalah kembali, lalu Dia memberitakan ke mereka yang dulu mereka kerjakan.” (QS AL An’am:108). Al-Imam Ibnu Katsir berkata : Allah SWT melarang Rasul-Nya, dan orang2 yang beriman mencaci Tuhan2 kaum musyrikin, meski cacian itu maslahat, hal itu menimbulkan kerusakan lebih besar dari kemaslahatan itu, yaitu balasan orang2 musyrik dengan cacian kpd Tuhan orang2 mukmin, padahal Allah adalah “Rabb, tiada ilah selain Dia….” (Tafsir Ibnu Katsiir Juz 7, Hal. 268, Tahqiq : Syaikh Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh.)
Islam melarang umatnya mencerca, mencaci sesembahan agama lain. menghina adalah sifat manusia yang mengikutkan hawa nafsu. Islam melarang kita memaksa orang lain agama untuk memeluk Islam. Islam agama yang benar, kewajibaan kita hanyalah menyampaikan, ataupun memanggil manusia kejalan yang benar, bukan dengan paksaan, tapi dengan kerelaan.
Sebab paksaan akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik, dan mengakibatkan hilangnya sifat ikhlas. (Sapuwan; dari grup WA-78/79)-FR