P2Tel

Kembang biak Tanaman berumah satu dan berumah dua

Berkembang biak, kita artikan tanaman menjadi lebih banyak dan menyebar ke tempat lain. Jadi ada dua hal, pertama berkembang biak atau menjadi banyak dan kedua bagaimana menyebarkan ‘generasi penerus’ agar tanaman tersebar ke tampat lain. Kita akan fokus dulu ke pembahasan bagaiman tanaman berkembang biak, menjadi banyak.

 

Untuk penyebarannya kita bahas setelah pembahasan tentang berkembang biak selesai di lain waktu. Walaupun kadang sulit juga membedakan ini berkembang biak atau menyebarkan, karena seringkali peristiwanya berlangsung secara bersamaan.

Di tulisan yang lalu telah dijelaskan ada tanaman yang berkembang biak dengan tunas akar, tunas batang dan tunas daun. Ada pula yang dengan biji atau lembaga. Misalnya mangga dan kelapa. Ada kawan yang mengeluh, sudah menanam tanaman sampai besar atau bertahun-tahun namun belum berbuah juga.

 

Misalnya : salak, lengkeng, fanili, buah naga. Padahal sudah dipupuk, tanaman tumbuh subur, terkena sinar matahari dengan baik. Mengapa ya? Mungkin itu berkaitan masalah penyerbukan. Untuk menjawabnya kita perlu pelajari dulu penyerbukan, atau kawinnya bunga tanaman.

Tanaman, misal bunga pacar atau “mirabilis jalapa”. Silahkan lihat gambarnya. Di sana ada bakal buah dan bakal biji. Dia atas bakal buah ada kepala putik. Kemudian ada kepala sari. Di dalam kepala sari ini ada serbuk sari yang berbentuk seperti tepung. Kalau bunga dewasa, sudah masak, maka serbuk sari akan berjatuhan ke kepala putik dan menempel di sana.

 

Proses itu disebut penyerbukan atau bunga kawin, begitu. Dari serbuk sari yang menempel tadi lalu tumbuh seperti akar yang menjulur menuju bakal biji. Kalau sukses menjangkau bakal biji, maka perkawinan sukses dan bakal biji akan menjadi biji, bakal buah akan menjadi buah.

 

Bagian lain dari bunga, seperti kelopak bunga, mahkota bunga, kepala putik dan seterusnya akan layu, kering dan berjatuhan. Kelak sang biji (misalnya biji salak, biji mangga) akan siap menjadi tanaman baru. Pada tanaman kelapa, jagung, tidak ada biji, yang ada adalah lembaga yang akan menjadi tanaman baru.

Begitulah proses perkawainan. Masalahnya tidak semua bunga bentuknya seperti itu, demikian pula posisinya. Kadang di tanaman bunga jantan dan bunga betina terpisah tidak menjadi satu. Contoh bunga kelapa dan jagung.

 

Pada tanaman jagung, bunga betina ada di calon jagungnya, sedang bunga jantan ada di pucuk pohon. Yang lebih runyam kalau bunga jantan dan bunga betina ada di pohon berbeda, maka kalau hanya menanam satu pohon saja, dijamin tidak akan berbuah, contohnya pohon salak.

Secara ‘ilmiah’, ada tanaman berumah satu, artinya dalam satu tanaman ada bunga jantan dan bunga betina, contoh jagung, kelapa, mangga, bunga pacar. Kalau tanaman berumah dua, maka bunga jantan dan bunga betina tidak berada dalam satu pohon, contohnya salak tadi. Makanya kalau menanam salak, dalam satu rumpun harus ada salak jantan dan salak betina.

Kalau kelengkeng lain lagi. Kadang ada yang berumah satu, berarti satu pohon bisa berbuah. Ada pula yang berumah dua, jadi kalau menanam satu pohon saja dan kebetulan dapat yang betina, maka bisa berbuah kalau ada tetangga yang juga menanam lengkeng. Kalau yang ditanam pas yang berbunga jantan, ya seumur hidup tidak akan berbuah, sekalipun rajin berbunga.

Bagaimana serbuk sari bisa sampai ke kepala putik itu bermacam cara. Misal jatuh sendiri, karena posisi serbuk sari di atas kepala putik. Bisa juga dibantu kumbang. Saat dia menghisap madu di bunga, serbuk sari menempel ke kaki atau badannya. Ketika dia pindah ke bunga lain serbuk sari menempel ke kepala putik bunga lain. Maka dalam cerita lengkeng di atas, kalau pas berumah dua, yang membantu menyerbukkan adalah tawon itu, bisa juga kupu2, atau burung.

Kalau tanaman berumah dua, jelas kalau hanya menanam satu tanaman tidak akan berbuah. Nah, apakah kalau tanaman berumah satu pasti bisa berbuah ? Tidak juga. Ada tanaman berumah satu yang tetap kesulitan dalam mengadakan penyerbukan. Penyebabnya ada beberapa macam.

Pertama, yang disebut dichogami, yaitu apabila tepung sari dan kepala putik dalam satu bunga, namun masak dalam waktu yang tidak bersamaan. Jadi misalnya hanya ada satu bunga saja, tidak akan terjadi penyerbukan.

 

Untunglah kadang ada bunga yang tidak bersamaan ‘lahirnya’. Pada tanaman kapas, kepala sari (bungkus tepung sari) lebih dulu masak dibanding kepala putik. Sebaliknya pada kakao dan alpukat, kepala putik lebih dulu masak dibanding kepala sari.

Kedua, yang disebut heteromorphi, contohnya pada tanaman flax (sejenis rami), tanaman ini menyerbuk silang karena panjang pendeknya tangkai kepala putik dan tangkai benang sari tidak sama.

Ketiga, yang disebut herkogami, contohnya pada tanaman panili dan buah naga, tanaman ini menyerbuk silang karena kedudukan kepala putik dan benang sari sulit atau tidak memungkinkan untuk terjadi penyerbukan. Pada buah naga kepala putik letaknya lebih tinggi atau jauh dari benang sari.

 

Pada fanili, kepala putik terbungkus daun bunga. Makanya penyerbukan fanili dan buah naga harus dibantu hewan seperti tawon, lalat dan tentu saja manusia. (Widartoks 2015; Referensi : http://blog.ub.ac.id/lasmi/tag/tanaman-berumah-dua/)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version