Denpasar-Seperti tahun2 sebelumnya, perayaan Tahun Baru Imlek membuat Bali kebanjiran wisman Tiongkok. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menerima permohonan 200 penerbangan dari Negeri Tirai Bambu hingga akhir bulan ini. “Sampai akhir Februari, ada 200 flight ajukan permohonan mendarat di Ngurah Rai,” ucap GM PT Angkasa Pura I, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Trikora Harjo, di Denpasar (8/2).
Saat ini mendara 100 penerbangan dari Tiongkok ke P-Bali. Dari total itu, Trikora mengaku penumpang yang akan mendarat diprediksi 5-6 ribu wisatawan. Sejak pertengahan Januari mereka tiba hingga akhir Februari ini. Kini 100 penerbangan sudah tiba. Untuk itu, kita berbenah berbagai persiapan,” ungkapnya.
Salah satunya, kata Trikora, mengetatkan pengamanan. Selain itu, menambah pelayanan2, salah satunya memberikan sambutan tarian Bali. Trikora juga mengaku telah menyediakan fasilitas welcome drink saat turis asal Tiongkok itu tiba di Bandara Ngurah Rai. Terkait bahasa, Trikora juga menuturkan juga sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan konsultan asal Tiongkok.
“Kami sediakan itu karena mereka minta diadakan. Periode satu 50 orang terdiri dari customer service dan security. Nanti berlanjut”. Untuk posko terpadu masih berlangsung dan tim gabungan atau personel juga masih sama dari Nataru (Natal dan Tahun Baru). (I Nyoman Mardika/FER; Suara Pembaruan dan http://www.beritasatu.com/nasional/347989-rayakan-imlek-ngurah-rai-kedatangan-200-iflighti-dari-tiongkok.html)-FatchurR
——
Sajian lainnya tentang Imlek :
- Tradisi perayaan Imlek di China
- Mengenang kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia
———
Tradisi perayaan Imlek di China
Kini telah tiba peryanaan tahun baru imlek. Warga Tionghoa merayakannya. Di pasar2 terlihat aksesoris, ciri khas perayaan Imlek, seperti kartu tahun baru, lampion, mercon, kue keranjang bulat, jeruk bali, dan berbagai aksessoris lain. Apa itu Imlek? Sin Cia atau Imlek seperti tahun baru masehi atau tahun baru Hijriah. Imlek adalah Tahun Baru Cina.
Yang merayakan Imlek adalah Tionghoa. Namun umat lain yang beraliran sama bisa merayakan Imlek. Sejarahnya, konon Sin Cia merupakan perayaan yang dilakukan petani di China yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru. Perayaan ini juga berkaitan erat dengan pesta menyambut musim semi.
Perayaan imlek dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama atau yang lebih dikenal dengan istilah Cap Go Meh. Perayaan Imlek meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta/Thian (Thian=Tuhan dalam Bahasa Mandarin), dan perayaan Cap Go Meh.
Tujuan sembahyang Imlek bentuk syukur, doa dan harapan agar di tahun depan dapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan media silaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Imlek adalah tradisi ganti tahun. Sehingga yang merayakan Imlek ini etnis Tionghoa apapun agamanya. Menurut Sidharta, Ketua Walubi, masyarakat Tionghoa Muslim juga merayakan Imlek.
Hari Raya ini (Chung Ciea, artinya Hari Raya Musim Semi) pada Februari dan bila di negeri Tiongkok, Korea dan Jepang ditandai mulainya musim semi. Dulunya, Tiongkok dikenal negara agraris. Setelah musim dingin, masyarakat bercocok tanam dan panen. Tibanya masa panen bersamaan dengan musim semi, cuaca cerah, bunga-bunga mekar dan berkembang. Musim panen ini dirayakan masyarakat.
Kegembiraan itu tergambar jelas dari sikap mereka yang saling ucapkan Gong Xi Fa Cai, ke keluarga, kerabat, teman dan handai taulan. Gong Xi Fa Cai artinya ucapan selamat dan semoga banyak rezeki. Adat ini di bawa oleh masyarakat Tionghoa ke manapun dia merantau. Pada masa Bung Karno, perayaan ini boleh dirayakan tapi ketika masa Orba, perayaan Imlek dibatasi.
Kalau pemerintah menganggap Imlek bagian dari adat istiadat, tidak perlu dilarang, kata Herry Bastian, Ketua Penasehat Forum Kesatuan Masyarakat Riau. Contoh bahasa Mandarin, dulu pemerintah melarang, tapi sekarang malahan menganjurkan untuk mempelajari dengan mendirikan sekolah-sekolah bahasa Asia seperti Mandarin dan Jepang.
Menurutnya, makin banyak menguasai bahasa lain, pengetahuan makin luas. Dan tahu kelebihan dan kebaikan bangsa lain. Bung Karno dulunya bersekolah di Belanda, tapi dia bisa memimpin rakyat melawan Belanda. KH Bachtiar Daud mengatakan Imlek bukan peringatan agama, tapi, suatu hari raya pada umat Konghucu, yang pada umumnya mereka adalah orang-orang Cina.
Berikut ini sejumlah tradisi menjelang dan selama Imlek, berbagai makna tersembunyi dibaliknya:
1-Menyapu rumah Sehari sebelum Imlek simbol membuang semua kesialan sehingga tersedia cukup ruang untuk keberuntungan. Setelah itu, jauhkan peralatan seperti sapu dan sikat dari jangkauan. Jangan menyapu rumah di hari pertama tahun baru karena hal itu dipercaya menyapu keberuntungan.
2-Serba merah Warna merah diasosiasikan Tahun Baru China karena dipercayai warna yang ditakuti nian. Dalam mitologi Tionghoa, nian sejenis mahluk buas yang hidup di dasar laut atau di gunung. Sekali saat musim semi atau sekitar tahun baru Imlek, mahluk itu keluar mengganggu manusia (anak2). Jika Anda memiliki pakaian merah, busana ini baik dikenakan saat Imlek. Hindari pakaian bewarna putih karena melambangkan kematian.
3-Mengisi angpao. Yang lebih tua memberi angpao berisi uang ke anak2 kecil. Anda tidak perlu besar, namun uang yang diberikan harus lembaran baru. Hindari memberi uang logam sebagai isi angpao.
4-Nampan kebersamaan. Saat Imlek disajikan makanan di atas nampan bulat atau segi delapan, sebagai nampan kebersamaan. Isi nampan yakni permen, kacang2an, biji-bijian, atau buah-buahan kering.
5-Makanan keberuntungan. Sajikan makanan keberuntungan : Mie yang tidak dipotong yang mewakili umur panjang. Siapkan kue bola menyerupai bentuk uang China zaman dulu yang mewakili kekayaan.
6-Kembang api Kembang api, salah satu pertunjukan yang populer memeriahkan Imlek, karena suara gaduhnya dipercaya membuat mahluk jahat ketakutan. Tapi, ketika merayakannya di rumah pastikan tetangga tidak terganggu suara berisik yang Anda ciptakan.
Imlek identik dengan hujan, bagi masyarakat kita hujan membuat malas beraktifitas. Berbeda, masyarakat Tiongho, hujan sepanjang perayaan imlek dikaitkan sebagai sumber rezeki, dengan turunnya hujan maka banyak rezeki yang berdatangan di muka bumi.
Sangat penting menyambut Imlek dengan cara membersihkan hati, menyucikan nurani, dan tekad berusaha lebih baik. Gong Xi Fa Cai (Sumber : blog.rezapahlava.com; dan Reza Pahlava; http://www.kompasiana.com/reza.pahlava/sejarah-dan-tradisi-perayaan-imlek_552a66776ea834d130552de0)-FatchurR
———–
Mengenang kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia
Merdeka.com-Masyarakat Tionghoa di Indonesia tiap tahun merayakan Tahun Baru Imlek yang dimulai pada hari pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir pada hari ke-15 lewat perayaan Cap Go Meh. Tahun ini, mereka akan merayakan Imlek 2567 Senin (8/2).
Sejumlah tempat perbelanjaan pun dari tahun ke tahun makin penuh hingga sesak oleh mereka yang berburu pernak pernik menyambut pesta. Ini terlihat makin banyaknya kaum Tionghoa. Bagaimana awal mereka menetap di Indonesia? Sejarahwan Didi Kwartanada mengungkap, kedatangan Tionghoa ke Indonesia (Nusantara), pada awal abad ke-5M. Pada tahun 414, Tionghoa yang melakukan perjalanan ke India terdampar di Jawa, seiring dengan hubungan perdagangan Nusantara.
“Tapi waktu itu orang Tionghoanya sedikit. Baru 1415 mulai banyak Tionghoa ke Jawa seiring dengan hubungan dagang Nusantara” kata Didi ke merdeka.com (5/2). Makin banyak Tionghoa berasal dari Mongol memilih tak pulang dan menetap. Hampir seluruh orang Tionghoa tidak bawa istri saat hijrah ke Indonesia. Saat itu, orang Tionghoa dilarang bawa istri karena perempuan dilarang keluar dari Tiongkok.
“Mereka pun menikahi sejumlah perempuan Indonesia yang akhirnya membuahkan benih seorang peranakan Indonesia-Tionghoa,” jelasnya. Selanjutnya, orang Tionghoa ini pun membaur dengan bahasa, makanan, pakaian, dan agama di Indonesia. Di Indonesia pula, mereka giat sekali bekerja seperti bertani, berdagang senjata, dan lain sebagainya.
Dalam buku ‘Tionghoa dalam Pusaran Politik’ terbitan TransMedia (2008), ± 5.000 orang Tionghoa ke Indonesia. Tahun 1683, jumlah Tionghoa berkembang pesat di P-Jawa. Jumlah penduduk Tionghoa melebihi 100.000 orang permulaan abad ke-19. Mereka hidup menyebar ke seluruh Pulau Jawa, ke daerah pedalaman dan di sepanjang pesisir utara.
Selama tinggal di Indonesia, mereka rajin dan pintar cari uang apalagi di bidang perdagangan. Tanpa orang Tionghoa, Pulau Jawa bukan merupakan koloni menguntungkan. Orang Tionghoa yang lama tinggal di Indonesia dekat dengan raja-raja dan kraton Jawa. Banyak juga yang diberi gelar bangsawan oleh raja Jawa dan dinikahkan dengan putri kraton.
Banyak juga putri orang Tionghoa dijadikan selir raja2 Jawa. Di antaranya Putri Cina yang dijadikan istri Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Perkawinan silang budaya, etnis, negara ini membuahkan keturunan. (Yong Sidharta-A61; sumber dari mdk/war; Reporter : Muchlisa Choiriah; Klenteng Sam Po Kong, Semarang. ©2014 Merdeka.com/Tantri Setyorini; http://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-kedatangan-etnis-tionghoa-di-indonesia.html)