Penampilannya biasa2, seperti petani kebanyakan, sederhana dan apa adanya. Secara fisik, tidak ada yang bisa dijadikan patokan menggambarkan kalau dia salah seorang petani sukses dengan omset ratusan-miliaran rupiah dalam setahun.
Itulah Sarijan (46), petani, atau lebih tepatnya “profesor” sekaligus jutawan melon asal Desa Ngrowo Wates, Kec-Tanjunganom, Kab-Nganjuk, Jatim. Keberhasilannya mengembangkan melon lebih dari 12 tahun menjadikannya sebagai petani melon yang disegani. Banyak petani melon di Nganjuk menjulukinya sebagai “sang profesor” melon.
Memang, Pak Jan – panggilan akrab Sarijan – boleh dikatakan pakarnya melon di Nganjuk. Terhitung sudah lebih dari 12 tahun ia mengalihkan kemudi usaha taninya ke tanaman melon. Sebelumnya ia menekuni usaha tani semangka.
“Ilmu2 tanam semangka saya ambil intinya dan saya terapkan mengembangkan melon”. Ia tergolong orang yang rajin belajar hal2 baru yang bermanfaat dan berhubungan langsung dengan usaha taninya. Ia pernah mendapat “ilmu” terkait metode pemupukan semangka yang diterapkan oleh petani asal Banyuwangi yang selalu sukses dalam bertanam semangka.
“Pemupukannya memakai sistem keringan. Jadi pupuknya ditempatkan di antara dua tanaman semangka dan dua hari sekali ditetesi air. Cara ini akhirnya saya terapkan juga pada tanaman melon,” kata bapak dua anak ini.
Dalam sekali panen melon, omset Pak Jan terbilang cukup besar, rata-rata lebih dari Rp. 200 juta dari hasil panenan sekitar dua hektar melon. Padahal, dirinya menanam melon sebanyak empat hingga lima kali dalam setahun. Dengan demikian omsetnya dalam setahun bisa tembus Rp. 1 miliar.
“Ya karena untungnya lebih besar, makanya saya beralih menanam melon. Istilahnya kalau mau beli mobil baru, dengan tanam melon sekali saja sudah cukup,” ungkapnya.
Setia dengan Action
Kesuksesan Pak Jan jadi jutawan ditopang hasil usaha tani melon. Hal itu diawali saat ia, pertama kali, menanam melon varietas Action 1998. Saat itu, dirinya menanam seluas 200 ru (± 2.800 m2). Hasilnya, ia bisa meraup pendapatan Rp. 19,5 juta. “Hasil segitu sangat bagus pada waktu itu. Belum pernah yang bisa panen sebanyak itu,” ungkapnya bangga.
Sejak itu dirinya terus memperluas lahan tanam melon Action-nya. Hingga saat ini dalam sekali tanam rata-rata 2 – 2,5 bahu (± 14.000 – 17.500 m2). “Kebanyakan selalu saya tanami Action, karena hasilnya sudah terbukti bagus. Buahnya besar dan netnya bagus,” terangnya saat ditemui Abdi Tani di rumahnya.
Ukuran buah Action sudah ideal bagi petani dan juga pedagang. Katanya, ada varietas lain yang buahnya juga bobot, layaknya Action, hanya saja ukurannya lebih kecil. Sehingga jika dijual dengan sistem tebasan atau borongan, petani merugi karena dikira bobot buahnya ringan sesuai ukurannya.
Suatu ketika ada panenan Action 2 HA di Ngronggot, Nganjuk. Hasilnya bagus, rata2 buahnya berbobot 3 Kg, ada yang 4 Kg. “Untuk mencari buah tiga kiloan sangat gampang, tidak perlu mencari satu persatu, karena sangat seragam,” terangnya. Hasil yang bagus itu, ditunjang kondisi tanahnya yang subur dan sangat ideal untuk melon.
Selain karena jaminan kualitas buah yang dihasilkan, kesetiaan pada Action ditentukan adanya kepastian jaminan pasar terhadap produk melon dari Cap Kapal Terbang ini. Katanya, melon ini sudah sangat disukai pasar sehingga lebih mudah menjualnya. “Gampang jualnya, pedagang juga sudah langsung bisa mengenali mana yang Action dan mana yang bukan,” imbuh Pak Jan.
Raup ratusan juta
Wajar kalau Pak Jan dijuluki pakarnya melon. Pasalnya, di sepanjang “karirnya” sebagai petani melon ia selalu sukses, termasuk mengembangkan melon Action. Semenjak panen perdana Action 200 ru senilai Rp. 19,5 juta, kini omsetnya makin berlipat seiring dengan makin luasnya lahan yang digunakan untuk menanami melon ini.
“Sekarang, sekali tanam Action, sekitar dua sampai dua setengah bahu (hampir dua hektar-red). Setidaknya saya menghabiskan 100 pack benih sekali tanam. Hasilnya, bisa lebih dari 200 juta tiap kali panen,” tuturnya.
Jika harga melon stabil di kisaran Rp. 3.500/kg, dengan menggunakan melon Action, setiap 100 ru (± 1.400 m2) hasil petani lebih dari Rp. 20 juta atau di atas Rp. 140 juta/ha. Setelah dipotong biaya produksi Rp. 8 juta per 100 ru atau Rp. 56 juta/ha, maka untung bersihnya tidak kurang dari Rp. 84 juta.
“Kalau kemarau biaya produksi lebih irit Rp. 6 juta per 100 ru (± Rp. 42 juta/ha-red). Karena di musim hujan pengobatannya bisa lipat dua kali,” katanya. Bisa ditebak untung bersih Sarijan dari hasil panen melon Action 2,5 bahu (± 17.500 m2). Merujuk harga jual Rp. 3.500/kg, total pendapatan kotornya Rp. 250 juta. Setelah dipotong ongkos tanam, ia bisa mengantongi uang tidak kurang dari Rp. 150 juta.
“Istilahnya itu, sekali tanam melon, khususnya Action, sudah bisa beli apa saja. Mau beli motor atau mobil baru bisa. Bandingkan dengan tanam padi, butuh waktu lama untuk bisa beli,” sambungnya sambil tertawa.
Jerih payahnya mengembangkan melon Action selama belasan tahun memang sudah bisa dilihat. Rumahnya yang dulu sederhana, kini sudah berdiri megah dengan sebuah garasi yang setiap harinya menampung dua unit mobil sekaligus.
Selain itu, hasil usaha tani melonnya juga ia putar lagi dengan membuka sejumlah kios roti di Nganjuk. “Alhamdulillah sampai saat ini sudah ada tiga toko yang berdiri. Rencana juga mau membuka lagi di Madiun. Lumayan bisa buat tambahan penghasilan,” ujarnya.
Kunci sukses bertani melon menurut Pak Jan adalah ketelatenan dan perawatan tanaman yang maksimal. Pantang baginya untuk menganggap enteng setiap fase pertumbuhan tanaman melonnya.
Meskipun banyak pekerja kepercayaan, tiap hari ia selalu terjun mengontrol perkembangan tanaman di lahan. (AT : Vol. 11 No. 2 Edisi XXXIX, April – Juni 2010)-(http://www.tanindo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=365:belasan-tahun-raup-ratusan-juta-dengan-action&catid=386:belasan-tahun-raup-ratusan-juta-dengan-action&Itemid=101)-FatchurR