Jakarta, Pasien penyakit jantung yang sedang menjalani rehabilitasi bisa gundah dan takut. Peneliti mengatakan rasa gundah dan takut itu bisa meningkatkan risiko komplikasi dan memperlambat penyembuhan.
James Blumenthal, psikiater dari Duke University, Durham, AS, menyebut pasien rehabilitasi penyakit jantung juga butuh terapi manajemen stres. Studi membuktikan pasien jantung yang melakukan terapi manajemen stres berkurang risiko komplikasinya.
Penelitian dilakukan ke kelompok pertama adalah 151 orang pasien penyakit jantung yang menjalani rehabilitasi berbasis olahraga. Selain olahraga mereka juga diberi terapi manajemen stres seperti group sharing dan relaksasi.
Sementara kelompok kedua adalah 75 orang pasien jantung yang sedang menjalani rehabilitasi. Bedanya, rehabilitasi kelompok ini tidak berbasis olahraga dan mereka tidak melakukan terapi manajemen stres seperti kelompok pertama.
Setelah 3 tahun, ditemukan 18% partisipan meninggal akibat serangan jantung atau stroke. Pada kelompok kedua, persentase lebih besar, yakni 33%. Mereka yang tidak melakukan rehabilitasi, olahraga ataupun manajemen stres memiliki persentase kematian paling besar, yakni 47%.
“Kita mengetahui bahwa olahraga pun dapat mengurangi stres. Oleh karena itu, rehabilitasi pasien jantung berbasis olahraga ditambah dengan terapi manajemen stres menurut kami merupakan program rehabilitasi terbaik,” tutur Blumenthal, dikutip dari Reuters, Kamis (24/3/2016).
Meski begitu, Dr Rod Taylor dari Institute of Health Research, University of Exeter Medical School, Inggris, mengatakan terapi manajemen stres belum tentu akan berpengaruh terhadap semua pasien. Untuk itu, penting bagi dokter agar mengetahui secara rinci kondisi pasien, termasuk kondisi psikologisnya.
“Manajemen stres bukan termasuk metode pengobatan kuratif. dam tidak selalu berhasil untuk semua pasien,” tegasnya. (mrs/vit; http://health.detik.com/read/2016/03/24/083540/3172086/763/manajemen-stres-bantu-kurangi-risiko-komplikasi-pasien-penyakit-jantung?l992204755)-FatchurR