Banyak orang mengira bahwa bekerja atau berbisnis adalah salah satu sumber datangnya rezeki. Pemahaman yang tepat adalah bekerja atau berbisnis merupakan salah satu JALAN untuk datangnya rezeki bukan SUMBER datangnya rezeki. Sebab, bila bekerja atau berbisnis merupakan sumber datangnya rezeki maka gaji dan keuntungan selalu didapatkan oleh karyawan dan pebisnis.
Padahal faktanya, ada orang yg bekerja tetapi tidak mendapat bayaran. Ada pula org yg rajin berbisnis tetapi rugi melulu. Sekali lagi, bekerja atau berbisnis hny salah satu jalan datangnya rezeki. Sumber datangnya rezeki atau sang pemilik rezeki adalah Allah SWT. Dia lah Yang Maha Kaya, Maha Pemberi Rezeki.
Jalan dtangnya rezeki bnyk tetapi sumbernya satu. Rezeki bisa dtang melalui jalan bekerja, warisan, pemberian, hadiah, berbisnis dan lain sebagainya. Dan, kuatkanlah keyakinan bahwa sumbernya adalah Allah SWT. Tugas kita menciptakan banyak jalan, dan biarlah Allah SWT Sang Pemilik Rezeki yg mengatur dan menentukan jumlahnya.
Rezeki datang terkadang tidak pakai logika, terserah Allah SWT Sang Pemiliknya. Menurut logika manusia memberi itu mengurangi rezeki padahal itu pengundang rezeki yg lebih besar. Rezeki terkadang juga dtang tanpa diundang. Ia datang secara tiba-tiba.
Saya memahami bhwa bnyk cara agar rezeki dtang tak terduga, tak sesuai logika dan cara-cara lain di luar nalar manusia.
Bukan hny dtngnya yg tdk pakai logika, rezeki hilang, berkurang bahkan tiba-tiba ludes juga tdk pakai logika. Beberapa perusahaan yg dulu menjadi primadona, ada yg gulung tikar di awal tahun ini. Ada pula yg melakukan penghematan ekstrim dan mem-PHK ribuan karyawannya.
Saatnya menguatkan keyakinan bhw sumber rezeki adalah Sang Maha Kaya. Kita hny perlu mengikuti apa yg Dia mau agar rezeki dtng bertubi-tubi tiada henti. Taatlah kepada-Nya. Percayalah, rezeki yg dtang tak terduga jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan yg pakai logika. Mendekatlah dan berbaik-baiklah kpd Sang Pemilik Rezeki, Allah SWT. (Koesh; dari grup WA-72)-FR
———
Sajian lainnya :
1. Hikmah dari Kisah Hasan al-Basri
2. Jangan bangga diri
3. Indahnya bacaan shalat
——–
1- Hikmah dari Kisah Hasan al-Basri
Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri seorang sufi besar melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak. Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia seperti aku!”.
Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi terus terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, “Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Alloh selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang”.
Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya, “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak”.
Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan”. Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Alloh mengabulkan permohonan tuan”
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain. Jika Alloh membukakan pintu solat tahajud untuk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur nyenyak.
Jika Alloh membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunat. Boleh jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunat itu lebih dekat dengan Alloh, daripada diri kita.
Ilmu Alloh sangat amatlah luas. Jangan pernah kagum atau takjub & sombong pada amalanmu.
Saudara & sahabatku indahnya cerita ini semoga menjadi Pengobat Jiwa agar kita terhindar dari sifat mazmumah. Walau sehebat mana diri kita jangan pernah brkata “Aku lebih baik daripada kalian” (Imam Al Ghazali)-(Sapuwan Ksg; dari grup WA-78)-FR
———
2-Jangan bangga diri
Ada 4 Pria berbicara tentang amal ibadah mereka & kesuksesan yang di dapat.
Pria 1. – Alhamdulillah sejak sering shalat dhuha rezeki menjadi lancar bisnis sukses sebentar lagi anak lulus SMU & akan kuliah di luar Negeri.
Pria 2. – Bukan main, hebat sekali, setelah naik haji / umrah ibadahku semakin rajin. Alhamdulillah anak juga sukses rumahnya harganya miliaran, aset terus bertambah berkat doaku.
Pria 3. – Masya Allah sungguh nikmat tak terkira sejak rajin puasa dan bersedekah rezeki bagaikan sungai mengalir tidak ada putus-putusnya, anak baru selesai kuliah di luar negeri & sekarang jadi staf menteri
Ketiga pria tersebut kemudian melirik pria ke 4 sejak tadi hanya terdiam. Salah satu bertanya kepada pria ke 4. Bagaimana dirimu Kawan? mengapa kau diam saja.??
Pria 4 Saya tidak sehebat kalian, jangankan kesuksesan bahkan aku tidak tahu apakah ibadahku diterima Allah atau tidak. Aku tahu ibadah diterima dan sukses setelah aku meninggal
Jadi aku merasa belum bisa menceritakan ibadah yg kulakukan dan balasan yg Allah berikan kepadaku.
Jangan bersandar kepada amal. Sebab ketertipuan ini adalah sikap bersandar kepada amal secara berlebih, akan melahirkan kepuasan, kebanggaan dan akhlak buruk kepada Allah Ta’ala. Orang melakukan amal ibadah tidak tahu apakah amalnya di terima atau tidak, mereka tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, tidak tahu apakah amalnya bernilai keikhlasan atau tidak..
Oleh karena itu, kita di anjurkan untuk meminta rahmat Allah dan selalu beristighfar. Karena Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Di riwayatkan dari Abu Hurairah : “Amal seseorang tidak akan memasukannya ke dalam surga.”
Mereka bertanya, “Tidak pula engkau Ya Rasullullah?
Beliau menjawab, Tidak pula aku. Hanya saja Allah meliputiku dg karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan kendor atau lemah)-(HR. Bukhari & Muslim)
Seseorang tidak akan masuk surga kecuali dg rahmat Allah. Dan diantara rahmat-Nya adalah dia memberikan taufik untuk beramal dan hidayah untuk taat kepada-Nya. Karenanya, kita wajib bersyukur kepada Allah dan merendahkan diri kepadaNya.Tak layak hamba bersandar kepada amalnya.
Seorang hamba tidak pantas membanggakan amal ibadahnya seolah-olah karena pilihan ( paling sesuai dengan sunnah ) dan usahanya semata, apalagi ada perasaan telah memberikan kebaikan untuk Allah. Sapuwan Ksg; dari grup WA-78)-FR
———–
3-Indahnya bacaan shalat
Mengapa kita shalat buru-2? kalaulah tau, bacaan shalat itu ternyata bisa membuat kita seperti di Surga seperti makna sebagian bacaan Shalat ini. Mari kita camkan dan renungkan inshaa Allah akan berlinang air mata kita..
Singkatnya, pada malam itu Jibril mengantar Rasulullah SAW naik ke Sidratul Muntaha…Namun karena Jibril tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril pun mengatakan kepada Rasulullah SAW untuk melanjutkan tanpanya.
Rasulullah SAW melanjutkan berjalan perlahan sambil ter-kagum2x melihat indahnya istana Allah SWT hingga tiba di hadapan Arsy [Singgasana Allah].
Setelah sekian lama menjadi seorang Rasul, inilah pertama kalinya Nabi Muhammad SAW berhadapan dan berbincang secara langsung dengan Allah SWT.
a.RasulullahSAW pun mendekat dan memberi sapa’an penghormatan kepada Allah SWT :
ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
( ‘Semua ucapan penghormatan, pengagungan, dan pujian hanyalah milik Allah..’)
b.Kemudian AllahSWT membalas sapa’annya :
ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH…
( ‘Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karuniaNYA’ )
c.Mendapatkan jawaban seperti ini, RasulullahSAW tidak merasa jumawa/berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya ( ini yang membuat kita amat sangat terharu )..!
Beliau menjawab dengan ucapan :
ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN…( ‘Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih…’ )
Bacalah percakapan mulia itu sekali lagi… itu adalah percakapan Sang TUHAN dan hambaNYA, Sang PENCIPTA dan ciptaanNYA… dan mereka saling menghormati satu sama lain…menghargai satu sama lain…dan lihat betapa RasulullahSAW mencintai kita umatnya. bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika ia berhadapan dengan AllahSWT.
d.Melihat peristiwa ini, para Malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan ter-kagum2x betapa mulianya AllahSWT… betapa mulianya MuhammadSAW…! dan kemudian para Malaikat’pun mengatakan dengan keyakinan penuh :
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH…WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH..
( ‘Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah…dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNYA..’ )
Jadilah rangkaian percakapan dalam peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam Shalat yaitu pada posisi Tahiiyat Awwal dan Akhiir…yang kita ikuti dengan shalawat kepada Nabi sebagai sanjungan sebagai seorang individu yang menyayangi umatnya…!
( Dulu sewaktu belum bisa memaknainya, kita bingung atas kalimat bacaan ini, tapi mudah-mudahan dengan penjelasan ini bisa menjadi modal dalam lebih meresapi makna Shalat kita…merasakan getaran yang dirasakan Malaikat saat peristiwa itu). (Sapuwan Ksg; dari grup WA-78(-FR