Setidaknya pada dekade pertama Abad-XX ada dua tokoh penting di Nusantara, yaitu dokter Soetomo kelahiran Nganjuk, 30 Juli 1888 dan JB. Van Heutsz kelahiran Coevorden, 3 Februari 1851.
Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Dialah tokoh pertama.
Tokoh kedua, yaitu Yohannes Benedictus van Heutsz adalah seorang penguasa pemerintah Hindia Belanda yang membawa Indonesia di bawah kekuasaan Belanda. Dia lahir pada tanggal 3 Februari 1851 di Coevorden, Belanda dan meninggal saat 10 Juli 1924 di Montreux, Swiss.
Setelah berakhirnya Perang Aceh, dia diangkat menjadi Gubernur Jenderal (mulai 1904 sampai 1909), menggantikan W. Rooseboom (1898-1904). Oleh karena prestasinya yang gemilang dan kemampuannya memahami serta mengatasi kerumitan di Hindia Belanda, dia dianugerahi jabatan tertinggi di Hindia Belanda, yaitu gubernur jenderal.
Dia memperkenalkan sekolah dasar di desa-desa yang mana pengajarannya diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia; menggunakan dialek Melayu (Rizal Chaniago; dari grup FB-ILP; sumber dari Wikipedia)-FR