Berikut kutipan dari Dr Handrawan Nadesul; 14/11/2015; yang menguraikan bagaimana kita peserta Yakes memahami dan sekaligus mematuhi ketentuan (KD) yang bertalian dengan pemeliharaan kesehatan kita. Artikel ini kami potong menjadi 10 segmen, agar tidak terlalu panjang.
Hanya karena kurang efektif melakukan peran sebagai pasien, ada kemungkinan tambahan ongkos tak perlu yang mesti pasien bayar atau menambah panjang penderitaan. Selain belum tentu keluhan hilang, dan penyakit sembuh. Untuk itu sedikitnya perlu sepuluh kiat, bekal menjembatani gap kompetensi Anda sebagai pasien dengan dokter pada setiap kali Anda sedang memerlukan bantuannya. Silahkan lanjutannya (seri 4) :
4.Jangan percaya obat hanya lantaran tinggi harganya.
Betul. Kualitas obat tidak selamanya ditentukan oleh harganya. Tidak semua obat yang berharga tinggi niscara ampuhnya. Sebaliknya tidak pula semua obat yang murah tentu tidak tokcernya. Sebut saja obat generik. Jangan remehkan obat generik sebagai obat kelas dua.
Hanya karena riwayatnya saja sehingga obat generik punya citra yang tidak anggun seperti obat bermerk. Ibarat tak ubahnya tukang gado-gado. Kendati citarasa gado-gadonya sama, hanya karena yang satu sudah punya nama, orang gandrung memilih gado-gado bermerk ketimbang gado-gado Mpok Iyem, yang sebetulnya sama echonya.
Obat generik itu persis sama dengan obat bermerk aslinya. Bila obat asli boleh diproduksi massal setelah hak patennya berlalu, sehingga bisa dijual lebih rendah harganya dari ketika berlaku paten obat bermerk. Kalau ada obat yang sama isinya, berharga yang lebih rendah, kenapa harus memilih yang harganya lebih tinggi. Namun lihat2 siapa pasiennya.
Sebab ada pasien yang tidak sembuh kalau resepnya murah, selain ada juga pasien yang penyakitnya malah bertambah setelah menebus resep yang bikin tandas merogoh kantong. (Rizal Chan dari grup FB-ILP; sumber dari Dr Handrawan Nadesul; 14/11/2015; http://herbal-tahitiannoni.blogspot.co.id/2015/01/cara-menjadi-pasien-yang-efektif-baik-dan-bijaksana.html)-FR