P2Tel

Titik nol Malang ikon wisata

Malang – Titik Nol Kota Malang yang berada di bawah jembatan Jalan Merdeka Utara atau tepatnya sisi utara Alun2 Malang bakal jadi ikon destinasi wisata dan edukasi. Rencana ini digagas Pemerintah Kota Malang dalam Rencana Tata Ruang Kota Malang 2015-2035. “Akan jadi heritage wisata dan edukasi,” ujar Sekretaris Bappeda Malang Dyah Ayu Kusumadewi kepada detik.com (8/5/16).

Titik nol ini jadi saksi sejarah bagaimana perjalanan Kota Malang. Akan baik jika dijadikan sarana edukasi-wisata kedepan. “Itu bagian dari saksi sejarah,” ungkap wanita berjilbab ini. Bagaimana tata desain mempercantik Titik Nol? Dyah enggan menjelaskan gamblang. Namun diakui sudah tercantum dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR). “Wujudnya, kita lihat nanti,” sahutnya.

 

Siapa yang tidak kenal Kota Malang, kota pendidikan dikelilingi penggunungan ini menyimpan banyak sejarah. Wali Kota Anton menggagas master plan wajah baru Kota Malang hingga 20 tahun mendatang.

Dyah menjelaskan, harmoni ruang disematkan pada RDTR 2013-2035, tata ruang kota diciptakan seharmonis mungkin tanpa mencampur-adukkan kawasan jasa, perumahan, maupun sentra kuliner. “Zonasi ini tidak lain, juga untuk memenuhi RTH tadi,” sebut Dyah.

Wali Kota Anton sangat ingin mewujudkan Kota Malang yang sejuk, hijau dan bersih dengan semangat membawa Kota Bermartabat. Upaya merevitalisasi taman, menambah ruang terbuka hijau merupakan program prioritas kepemimpinannya.

Abah Anton begitu akrab disapa turut membeberkan, impiannya mengembangkan Kota Malang melalui perencanaan 20 tahun. Mengacu master plan disusun Bappeda Kota Malang. Setidaknya ada delapan titik yang akan disulap menjadi kawasan setara metropolitan.

Yakni koridor atau kawasan Kayutangan (Jalan Basuki Rahmat), Alun-Alun Merdeka, Alun-Alun Tugu, koridor Semeru, kawasan Stadion Gajayana, Pasar Besar Malang, Pecinan, Kauman, Jalan Ijen, Simpang Balapan, sampai wilayah timur kawasan Mayjen Sungkono, dan Ki Ageng Gribig.

“Salah satu isu strategis Kota Malang adalah transformasi dari kota besar menjadi kota metropolitan. Untuk itu butuh manajemen perkotaan bertujuan mewujudkan kota layak huni (KLH),” beber Anton.

Menurut dia, indikasi untuk menjadi KLH di antaranya adalah terpenuhinya kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan perlu adanya upaya mengubah tata ruang. Salah satu perubahan mendasar adalah konsep pembuatan gedung parkir yang terpusat di Alun-Alun Mall dan menjadi kawasan Food Court.

Di sejumlah jalan ada pelebaran pedestrian. Sementara kawasan Pasar Besar dijadikan City Walk atau area ramah bagi pejalan kaki. “Makanya perlu sekali meningkatkan insfratruktur jalan, taman, serta fasilitas publik.

 

Sehingga butuh master plan agar pembangunan jangka panjang dimulai dari sekarang,” tegasnya. (Agus Suryono; sumber dari ; aff/aff; Muhamad Aminudin; http://travel.detik.com/read/2016/05/08/151720/3205376/1382/titik-nol-kota-malang-bakal-jadi-ikon-wisata-baru)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version