Tahun pertama (1998) sepulang dari sekolah di Luar Negeri, saya diajak survey geodinamika. Tugas saya memasang perangkat GPS selama 5 hari di pulau Ternate. Perjalanan dari Ambon ke Ternate ditempuh dengan naik kapal motor ukuran sedang selama 48 jam.
Di Ternate telah dipasang pilar geodinamika sejak 1996 di atas sebuah tanah batuan yang cukup besar dan sangat keras. Batuan itu (beserta pilar di atasnya) hanya akan bergeser kalau seluruh pulau Ternate bergeser.
Survei ini dilakukan serentak di sekitar 30-an titik di seluruh Indonesia. Ada yang di Pulau Nias. Ada yang di pedalaman Papua. Yang beruntung kalau dapat lokasi di kota besar. Bisa menaruh alat dengan aman di sebuah gedung. Alat itu harus menyala sampai 5 kali 24 jam non stop. Harapannya, yang co-incidence (absolut serentak) seluruh Indonesia ada 3 x 24 jam.
Karena titik2 geodinamika itu diukur dengan prosedur yang sangat teliti, akurasinya beberapa milimeter. Dan karena titik2 itu diukur teratur t5iap tahun, maka pergeseran beberapa Cm tercatat, karena lebih besar dari akurasi atau kesalahannya. Dan benar, setelah 3 tahun ber-turut2, kita tidak hanya dapat besaran pergeseran pulau2 di wilayah Indonesia, tetapi kecepatan dari pergeseran itu.
Dan karena pengukuran geodinamika ini juga dilakukan di seluruh dunia, kita akhirnya melihat seluruh benua yang ada saat ini bergeser. Bahkan kita bisa menduga kuat, bahwa dulu posisi benua-benua itu di tempat yang sama sekali berbeda, bahwa dulu pegunungan Himalaya adalah lautan dan sebagainya.
Muncullah teori Motion of Continental Shelf. Teori pergeseran lempeng benua beserta seluruh pulau-pulau dan gunung-gunung di atasnya. Teori ini berguna untuk memperkirakan daerah-daerah rawan gempa, dan juga berguna untuk koreksi-koreksi jaring kontrol geodesi dan pemetaan.
Semua pengetahuan ini baru bisa kita dapatkan setelah kita memiliki perangkat GPS-geodetik yang dapat mengukur koordinat posisi sebuah titik dengan sangat teliti.
Namun saya lalu tercenung, ketika membaca ayat Qur’an ini:
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. 27-an-Naml :88)
Ternyata di dalam Qur’an, lebih dari 14 abad yang lalu, Rasul membacakan wahyu bahwa gunung2 itu bergerak. Padahal tidak mungkin Rasulullah memiliki perangkat untuk mendeteksi pergerakan gunung-gunung itu. Informasi ini hanya mungkin datang dari Yang Menciptakan Alam semesta.
——
Masihkah kita Ingkar dan tidak mau beriman kepada-Nya (menjalankan perintah-Nya). Mari kita pakai akal kita untuk memahami (ayat2 Allah), mata kita melihat (tanda2 kebesaran Allah), telinga kita dengar (ayat Allah). Belumkah kita yakin Alam Semesta, Manusia, dan Kehidupan ini merupakan hasil cipataan-Nya. (Suhirto M; dari grup WA-VN sumber dari Prof. Dr.Ing. H. Fahmi Amhar)-FR