Menjelang sepuluh hari terakhir, umat muslim menunggu dengan penuh harap untuk bertemu dengan malam lailatul qadar. Malam yang paling istimewa seperti disebutkan dalam firmannya,
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan” (Al Qadar, QS 97:3-4)
“Kami menurunkan pada malam yang diberkahi. Kamilah yang member peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (Ad Dukhan, QS 44:3-4). “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi bagi siapa yang Dia kehendaki…” (Ar Ra’d QS 13:26)”.
Banyak malaikat yang turun ke bumi, mengevaluasi perjalanan manusia yang lalu dan dari induk segala kitab, Lauh Mahfuz, seijin Allah SWT ditetapkan rencana perjalanan hidup manusia tahun kedepan. Ada yang dilapangkan dan adapula yang disempitkan,
Siapa sebenarnya malaikat yang rajin dan teliti ini?
Ialah mahluk rohani ciptaan Allah, yang diciptakan dari cahaya. Mereka selalu tunduk, taat dan patuh kepada Allah SWT. Mereka tidak mungkin ingkar kepadaNya. Mereka diciptakan dengan tugas-tugas tertentu. Ajaran Islam menempatkan percaya kepada malaikat ini sebagai salah satu rukun iman.
Malaikat yang merekam perbuatan manusia, mencatat amalan dan pelanggaran manusia. Ia mencabut nyawa manusia. Kelak pada saatnya ia menguji awal perjalanan manusia di alam kubur. Malaikat inilah yang seijin Allah menyusun rencana kehidupan manusia di malam Lailatul Qadar.
Sekalipun begitu besar peranannya atas manusia, namun Nabi Muhammad melarang umatnya menyembah malaikat, apalagi mensejajarkannya dengan Allah. Malaikat ini tidakperlu makan minum. Selain berbakti kepada Allah SWT, ia tidak memiliki keinginan apa-apa. Sehingga tidak mungkin menyuap mereka. Wallahu a’lam bish sawab…. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR