Buat yg msh punya Ortu Lansia, Atau sdh menjadi Ortu Lansia; Jika Anda merasa terganggu dgn Ayah / Ibu / Kakek / Nenek Anda yg sdh berusia lanjut, karena Mereka cerewet, suka ngomel, banyak bicara dll.
Tahukah Anda bahwa : “Sebenarnya dgn Cerewet, Suka cerita, Ngomel, dll, ini bentuk Verbal Catharsis”, Yaitu Orang tua mengeluarkan unek2nya sehingga setelah melakukannya hatinya akan menjadi Plong, Lega & Nyaman…seperti baru di Infus Oxygen bertekanan Tinggi.
Selama Orangtua msh mau Bicara, mengeluarkan Pikiran & terutama perasaannya dlm bentuk Verbal, ini tentu sangat Bagus, dari pada Mereka hanya diam saja. Semakin Mereka diam, tdk ada komunikasi, maka akan semakin tdk baik bagi diri Mereka.
Sbg anak / cucu kita perlu bijak memahami Kondisi & Situasi Orangtua kita. Seorang ahli hipnoterapis pernah berkata, “Walau saya bisa Hipnoterapi, Saya tdk akan Mensugesti ibu Saya agar Tenang & tidak Cerewet lagi. Memang Ibu saya ini cewewetnya Minta ampun. Namun, justru inilah yg membuat Beliau bisa Tetap sehat & Panjang umur. Saat ini Beliau berusia 92 tahun.”
Ingaaat, Saat kita kecil, kita ini juga cerewetnya minta ampun Looh, bicara hal2 yg TIDAK penting, suka meng-ulang2 apa yg sudah dikatakan atau ditanyakan. Namun, karena saat itu kita msh Kecil, msh baru Belajar bicara, cerewetnya dianggap Lucu & Menyenangkan. Tetapi Saat seseorang menjadi tua, suka atau tdk suka ia akan kembali spti anak kecil.
Namun, karena skrg tubuhnya sdh Tua, Renta & Keriput, cerewetnya tdk lagi Lucu & Menggemaskan, malah terkesan menjengkelkan. Oleh krn itu, Sayangilah Orangtua apa adanya, dgn segala keluguan & kekurangan mereka, selama Mereka masih ada bersama Kita. Suatu saat nanti, saat suara mereka sdh tdk lagi terdengar, Kita pasti akan KANGEN & merasa KEHILANGAN .
Ingat, nanti Kita juga akan menjadi Tua, Renta, Keriput & Cerewet spti Orangtua kita. Semoga kita bisa memahaminya. (Endartono; dari grup WA-VN)-FR
——–
Sajian lainnya :
- Socrates ahli filsuf Yunani
- Mereka punya segalanya
- Penemu WA
———-
1-Socrates ahli filsuf Yunani
Socrates adalah seorang Filsuf besar Yunani yg terkenal memiliki pengetahuan yg tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu dengan Socrates dan berkata, “Tahukah Anda apa yg saya dengar tentang teman Anda?”
“Tunggu sebentar,” Socrates jawab.
“Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan memberikan suatu test sederhana yg disebut “Triple Filter Test”.
*) Filter pertama, KEBENARAN : “Yakinkah Anda apa yang akan Anda katakan pada saya itu benar?”
“Tidak,” jawab orang itu, “Sebenarnya saya HANYA MENDENGAR tentang itu.”
“Baik,” kata Socrates. “Jadi Anda tidak yakin itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang ke 2.
*) Filter ke 2, KEBAIKAN : Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang BAIK ?”
“Tidak, malah sebaliknya”
“Jadi,” Socrates melanjutkan, “Anda akan menceritakan sesuatu yang BURUK tentang dia, tetapi anda tidak yakin apakah itu benar”
Anda masih memiliki satu kesempatan lagi, masih ada satu filter lagi, yaitu filter ke 3.
*) Filter ke 3, KEGUNAAN : Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu akan berguna bagi saya?”
“Tidak, sama sekali tidak”
“Jadi, Socrates menyimpulkannya, bila Anda ingin menceritakan sesuatu yang BELUM TENTU BENAR, BUKAN TENTANG KEBAIKAN, dan bahkan TIDAK BERGUNA bagi saya, MENGAPA Anda harus menceritakan itu kepada saya?”
Sahabatku, demikianlah mengapa SOCRATES dianggap sebagai seorang Filsuf Besar dan sangat terhormat. Sahabatku, gunakan TRIPLE FILTER TEST setiap kali kita MENDENGAR atau MENYAMPAIKAN sesuatu tentang Kawan Kita atau Orang Lain.
Jika bukan KEBENARAN, bukan KEBAIKAN, dan tidak ada KEGUNAAN yang Positif, tidak perlu kita Terima atau Dengar apalagi kita sampaikan kepada orang lain. Dan apabila kita terlanjur mendengar
nya, JANGAN SAMPAIKAN Pada orang lain, dan
JANGAN MENYEBARKAN FITNAH yang MENYAKITI Hati Orang Lain Karena Kita.
PERSAHABATAN yang bermartabat serta memiliki Nilai Tertinggi dan Terhormat. Vn Endartono; dari grup WA-VN)-FR
———
2-Mereka punya segalanya
Pak Handoyo adalah seorang pengusaha paling kaya nomor 2 di kotanya. Pak Handoyo selalu mengajarkan pada keluarganya untuk menabung dan tidak boros. Meski mereka keluarga kaya, namun harus tetap bisa bijaksana dalam menggunakan uang dan harta yang mereka miliki.
Kendati begitu, Pak Handoyo tahu bahwa anak-anaknya terlalu sering bergaul dengan teman-teman dari latar belakang yang sama. Oleh karena itu, Pak Handoyo ingin memberi pandangan lain pada anaknya yang mulai remaja itu.
Suatu ketika, saat liburan sekolah tiba, ia mengajak anaknya untuk bepergian ke desa. Ia ingin menunjukkan padanya suasana pedesaan yang jauh berbeda dengan kota yang riuh dan modern. Sang anak pun melihat rumah-rumah penduduk yang sepertinya seukuran dengan garasi mobil ayahnya.
Pak Handoyo : “Lihat, Nak. Rumah-rumah ini lebih kecil dari rumah kita. Apakah kamu bisa melihat seberapa kaya mereka?” Sang anak melihat ke arah pemukiman yang terhampar di hadapannya. “Iya. Kita punya 1 anjing, mereka punya banyak sapi. Kita punya kolam renang, mereka punya sungai besar. Kita punya lampu antik di rumah, mereka setiap malam bisa melihat bulan dan bintang,” jawabnya.
Kemudian sang ayah bertanya, “Lantas bagaimana?”
Sang anak kembali menjawab, “Saat kita sering beli bahan makanan, mereka menanam dan memanen sendiri. Aku punya mainan, mereka punya teman. Kita dilindungi pagar yang tinggi dan kokoh, mereka punya tetangga yang saling menyapa. Kita punya tetangga yang punya anak seumuran denganku, tapi aku hampir tak pernah bertemu dengan mereka.”
Mendengar jawaban ini, sang ayah tersenyum. Sang anak kemudian menyimpulkan, “Terima kasih, Ayah. Kau telah mengajarkan aku bahwa mungkin kita kaya dan punya segalanya, tapi mungkin.. hidup bukan sekedar tentang semua itu.”
Sang ayah mengangguk sambil tersenyum, “Bukan uang yang membuat kita bahagia. Tapi kesederhanaan kecil yang mereka miliki yang sebenarnya membuat seseorang bisa bahagia. Teman, keluarga, sosialisasi, keterbatasan, kerja keras, solidaritas, hal-hal seperti ini sebaiknya kau pelajari sejak muda.”
“Ayah tak langsung lahir sebagai orang kaya. Ayah ingin kamu belajar bahwa kebahagiaan lebih penting dari semua yang nanti akan ayah wariskan padamu,” ujarnya.
Kemapanan memang bisa mencukupi kita. Seringkali kita berusaha keras untuk mencapai kemapanan dan kemakmuran. Namun, hidup tidak selalu mengenai kemapanan.
Sembari mencukupi materi, jangan lupa untuk selalu berbagi dan mengasihi. Hidup akan kosong bila kita hanya memikirkan target kerja dan materi, sementara tak diimbangi dengan tawa bahagia bersama mereka yang kita sayangi. (Djoko Budi Santosa; dari grup WA-VN)-FR
———
3-Penemu WA
Anak2 muda..jgn mnyerah. Setiap hari kita pake WA. Bersilahturahmi, bertukar informasi, bercanda dsb. Tp tentu jarang yang tau siapa sesungguhnya penemu WA. inilah kisah inspiratifnya…
Ia lahir & dibesarkan di Ukraina dari keluarga yang relatif miskin. Di usia 16 tahun, ia nekat pindah ke Amerika, demi mengejar apa yang dikenal sebagai “American Dream”.
Pada usia ke-17, ia hanya bisa makan dari jatah pemerintah, nyaris menjadi gelandangan. Tidur beratap langit, beralaskan tanah. Untuk bertahan hidup, dia bekerja sebagai tukang bersih2 supermarket.
Hidupnya kian terjal saat ibunya didiagnosa kanker. Mereka bertahan hidup hanya dengan tunjangan kesehatan seadanya. Ia lalu kuliah di San Jose University. Tapi kemudian memilih drop-out, karena lebih suka belajar programming secara autodidak.
Karena keahliannya sebagai programmer, pemuda tsb diterima bekerja sebagai engineer di Yahoo! Ia bekerja di sana selama 10 thn. Di situ, ia berteman akrab dengan Brian Acton. Keduanya membuat sebuah program aplikasi di tahun 2009, setelah resign dari Yahoo!
Keduanya sempat melamar ke FB yang tengah menanjak popularitasnya, namun diitolak. FB mungkin kini menyesal pernah menolak lamaran mereka karena setelah beberapa tahun, program aplikasi mereka justru resmi dibeli Facebook dengan harga fantastis USD 19Miliar (sekitar Rp 247 Triliun). Pemuda itu bernama Jan Koum, pendiri “WhatsApp” yang fenomenal dan sedang kita nikmati saat ini.
Beberapa waktu lalu, Jan Koum melakukan ritual yang mengharukan. Ia datang ke tempat dimana ia dulu saat berumur 17 thn, setiap pagi antri untuk mendapatkan jatah makanan dari pemerintah. Ia menyandarkan kepalanya ke dinding tempat ia dulu antri. Mengenang saat-saat sulit, dimana bahkan untuk makan saja ia tidak punya uang..
Pelan2, air matanya meleleh. Ia tidak pernah menyangka perusahaannya dibeli dengan nilai setinggi itu. Ia pun mengenang ibunya yang rela menjahit baju buat dia demi menghemat. “Tak ada uang, Nak…”. Ia menyesal tak pernah bisa mengabarkan berita bahagia ini kepada ibunya.
***
Teruslah BERMIMPI; Teruslah BELAJAR; Teruslah BERUSAHA.. Teruslah . Kita tak pernah tahu warna dan rupa masa depan kita. All we have to do just make sure that we’ll keep tryin’…. KEEP SPIRit; NEVER GIVE UP (Endartono; dari grup WA-VN)-FR