P2Tel

Memulai bisnis(1)-Biar kecil asal hasil

// Saya ini passion-nya menulis, bukan bisnis. Jadi kalau tulisan ini tentang bisnis, ya anggap saja ini cerbung saja, cerita selingan, tulisan hiburan di forum ini. Anda boleh tidak tertawa, kalau lucu sekalaipun. //

Bagaimana cara memulai bisnis? “Ya mulai saja”, kata Bob Sadino.
Memang sih, kalau mau berbisnis, ya mulai saja. Ibarat mau mendaki gunung, acara pertama ya melangkah dari rumah, kalau nggak melangkah ya nggak akan sampai puncak gunung.

Bagaimana kalau gagal? Ya bangkit lagi. Kalau gagal lagi? Ya bangkit lagi. Begitu rumusnya. Oh ya, beberapa waktu lalu saya dengar di radio, di mobil, saat macet di jalan. Saat itu Pak Jokowi memberikan pidato di depan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Telkom University, Bandung.

 

Kata beliau, pengusaha muda itu yang luar biasa adalah semangatnya. Hanya saja kadang remnya suka blong, katanya, yang disusul dengan gerr, tawa hadirin. Kemudian dia meneruskan, dirinya juga begitu dulu. Dia pernah jatuh, namun bangkit lagi, jatuh lagi dan bangkit lagi, sambungnya.

Bagaimana kalau jatuh, gagal dan modalnya habis? Nah, itu yang jangan terjadi. Maka sebaiknya kalau berbisnis mulailah dengan yang kecil, kalau gagal beberapa kali masih ada modalnya.

Begitulah teorinya dan saya pernah mempraktekkannya. Berhasil? Ya belum ! Mungkin memang passion saya bukan di situ, passion saya ya menulis dan di musik (walau tidak pandai memainkan alat musik dan baca tulis not, tapi saya bisa ngarang lagu lho!).

Karena saya sendiri kurang bakat di bidang bisnis, ternak juga masih belum berhasil, maka yang akan saya tulis ini adalah pengalaman istri saya. Dia bukan pengusaha besar, penghasilannya ya kecil saja, yang penting kata orang Jawa, bisa nambah-nambah beli “uyah” (garam).

Mula2 dia jualan air mineral. Modalnya? Lima galon botol Aqua, 3 punya sendiri dan 2 punya tetangga. Pembelinya ya tetangga itu, dan airnya diminum sendiri. Lama2 ada yang minta air isi ulang. Istri saya survey ke berbagai penjual air isi ulang untuk mendapat air isi ulang yang terbaik. Lalu berlangganan di situ, sampai sekarang, mungkin sudah ada 20 tahunan. Kalau persediaan habsi tinggal telepon saja.

Mengenai survery ini istri saya memandang sangat penting untuk mendapatkan kualitas barang/ jasa yang diinginkan. Ini bahan masukan untuk anda kalau mau berbisnis. Saya jadi ingat ketika anak bungsu kami umur 5 tahunan ketahuan dia bakat melukis.

 

Istri saya mensurvey beberapa sanggar gambar di Bandung. Alhirnya ketemu yang cocok di Jalan Cibadak dan itu jauh dari rumah kami yang di Cimahi! Kini anak itu sudah lulus di jurusan senirupa. Lho, kok malah melenceng dari judul.

Kembali ke bisnis Aqua isri saya. Apa untungnya banyak? Ya tidak. Sekarang ini seminggu kira-kira laku 40 galon, 10 Aqua asli dan 30 isi ulang. Jadi anda bisa bayangkan untungnya dalam sebulan berapa.

Mengapa tetap jualan? Ada beberapa alasan. Dan ini mungkin yang membuat dia bertahan, dan tentunya boleh anda contoh. Pertama, sebagai kesibukan, karena dia bukan karyawati. Selain itu dulu dia pernah pengin jualan di pertokoan, tapi saya larang.

 

Saya minta dia untuk bekerja di rumah sambil mengasuh anak, menjahit, salon juga boleh, kata saya waktu itu. Dengan berjualan, berkesibukan, otak akan bekerja, menghitung, melayani pelanggan, dsb. maka otak akan sehat (badan juga kalau tidak olah raga kan bisa sakit). Awet muda, katanya.

Kedua kalau anak minta uang untuk beli bakso yang lewat, tinggal bilang :” Ambil di laci uangnya”, tidak harus mengambil dari dompet. Jadi dalam hal ini soal keuntungan dipikir santai saja, nggak menjadi beban. Kalau nggak laku ya diminum sendiri.

Ketiga, dengan banyaknya orang datang, katas istri saya, banyak yang mendoakan. Lho, kok bisa? Katanya tiap hari ada yang datang dan mengucap “Assalamualaikum”, itu kan doa, katanya. Lalu bisa menjalin silaturahim (bersosialisasi) yang kata agama bisa mendatangkan rejeki, panjang umur dan membuat badan sehat (salah satu unsur sehat jaman se karang adalah : sehat sosial).

 

Kadang dia mengajak mengobrol anak kecil, sehingga anak-anak merasa senang. Oh ya, untuk mengambil air galon ini kami tidak mengantar ke pembeli. Pembeli yang mengambil sendiri dengan “gerobak” yang kami sediakan (gambar), setelah sampai rumahnya, gerobak dikembalikan.

 

Kadang anak-anak suka dengan gerobak ini, ada yang suka membawanya, ada yang malah pengin naik. Jadi dalam hal ini kami membuat anak orang lain senang, dapat mainan gratis.

Keempat, dia bisa secara tidak langsung mendidik anak orang, misalnya kalau memberi pakai tangan kanan, membiasakan mengucap terima kasih.

Kelima, membantu tetangga. Coba kalau tetangga membeli di tempat yang jauh kan lebih repot. Iya kan? Betul tidak? Paling tidak itu yang diniatkan dalam hati.

Asyik bukan? Makanya berbisnislah, namun niatnya jangan melulu mencari uang, sebab kalau tidak mendapatkan, malah akan kecewa. Sudah rugi uang, rugi perasaan pula. Kalau niatnya beramal (walaupun sederhana saja), berapapun hasilnya tidak menjadi masalah.

 

Tapi ya jangan rugilah. Makanya kalau mulai berbisnis jangan modal besar-besar dulu. Jika sudah berhasil dan lama, paling tidak 4 tahun, boleh diperbesar sekalanya dan diperluas bidang usahanya. Kalu toh rugi anggap itu sebagai mainan saja (kalau modal kecil). Syukur bisa berhasil, sesuai judul di atas biar kecil asal hasil; bukan hanya materi lho ya. Bersambung………(Widartoks 2016; dari grup FB-BPTg)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version