Sihir, tenung dan guna2 sebelum Islam datang, berkembang luas di Arab. Para dukun dan ahli sihir dengan membaca mantera2, melalui benda2 atau sesajian, memalingkan hati seseorang, membuat sakit atau menghancurkan rumah tangga orang. Cara2 sihir ini dilakukan musuh untuk mencelakakan Nabi.
Dalam surat An-Nisa (QS6:51-52) orang Yahudi juga percaya akan Jibt dan Thagnut, yakni setan2. Mereka menghasut pemuka Quraisy tidak mempercayai dan menganggap rendah Nabi SAW. Nabi SAW melarang umatnya minta campur tangan setan. Ini perbuatan syirik dan merupakan dosa besar.
Nabi SAW pernah kena sihir yang dikirim Labid bin A’sham. Sihirnya berupa gulungan rambut terdiri dari 11 buhul yang diikatkan pada seutas tali. Allah menurunkan surat Al Falaq dan An Nas, Rasul diminta membaca surat2 yang jumlahnya 11 ayat ini, tiap satu ayat lepaslah satu buhul, sampai beliau sehat kembali,
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan perempuan2 penyihir yang meniup pada buhul2 (talinya), dan dari kejahatan dengki bila dia dengki.”,
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, Yang (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin dan manusia”.(QS 113-114)
Sejak itu Rasul selalu membaca kedua surat itu sebelum beliau berangkat tidur. Kemudian turun pula surat Al Ikhlas dan Nabi SAW kemudian menambahkan pula, sehingga tiga surat itu menjadi bacaan kebiasaan Nabi menjelang beristirahat malam.
Pada masa kini, dukun sihir seperti jaman Nabi Musa atau Nabi Muhammad mungkin sudah hampir punah, namun bila kita renungkan isi kedua surat itu, masih tetap relevan. Umat Rasul harus tetap waspada dengan perempuan-perempuan