Jakarta, Burung beo atau sejenisnya digemari sebagai binatang peliharaan karena kepandaiannya menirukan suara manusia. Tetapi ber-hati2lah dengan flu beo. Flu ini ditemukan pada burung peliharaan seperti beo atau kakatua, namun tidak pada manusia. Baru2 ini pecinta burung di Inggris terinfeksi serius karena hewan peliharaannya.
Pria yang diketahui umur 61 tahun itu pun harus dilarikan ke RS. Menurut keterangan dokter yang merawatnya, pria ini mengaku sudah tidak enak badan sejak sepekan sebelum ke RS. Gejalanya sekilas seperti flu biasa, diselingi dengan demam dan sesak napas.
Ada gejala, pasien mengaku beberapa kali mengalami pikun. Padahal ia tak biasa begitu. Dokter melakukan serangkaian tes. Akhirnya si pasien mengaku sebagai pecinta burung, dan baru2 ini 2 burungnya mati. Barulah dokter menemukan titik terang, dan mendiagnose dengan psittacosis atau flu beo.
Psittacosis bukan suatu kondisi yang lazim ditemukan pada manusia, sehingga wajar jika terdengar asing. Setidaknya perlu diketahui bahwa ini adalah sejenis pneumonia atau radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia psittaci, yang mematikan pada burung.
Selain burung beo, burung jenis lain juga bisa terserang kondisi ini, di antaranya parkit, macaw, kalkun dan bebek. Tak heran bila peluang pria ini untuk terserang flu beo juga makin besar karena ia tak hanya mengkoleksi burung beo, tetapi juga berbagai jenis burung lainnya seperti burung kenari, kutilang Bengal, merpati berlian, hingga ayam. Demikian seperti dilaporkan Livescience.
Menurut Centers for Disease and Prevention, manusia bisa terkena flu beo ini jika menghirup partikel2 dari cairan tubuh burung yang sakit flu beo atau dari debu yang menempel di bulunya. Ketika dokter memeriksa burung2 peliharaan pasien, mereka menemukan bakteri Chlamydia psitacci dalam darah dan sputum (campuran antara air liur dan lendir) burung-burung tersebut.
Selain gejala flu pada umumnya, gejala lain yang terlihat pada manusia yang terserang flu beo adalah perlambatan detak jantung, ruam, bahkan memicu gangguan saraf seperti sakit kepala berat dan ‘fotofobia’ atau terlalu peka pada cahaya.
Untungnya, setelah diberi antibiotik, pasien kembali pulih, walaupun sempat mengalami nyeri lutut beberapa pekan kemudian. Kata dokter, nyeri lutut lumrah ditemukan pada pasien flu beo sebagai bentuk respons tubuh terhadap kondisi tersebut.
Umumnya flu beo yang mengenai manusia jarang terjadi, kira2 50 kasus tiap tahunnya di Inggris. Di AS sendiri hanya kurang dari 10 kasus pertahunnya. (lll/vit; http://health.detik.com/read/2016/09/13/173243/3297142/763/pecinta-burung-tiba-tiba-jadi-pikun-mungkin-gara-gara-infeksi-langka-ini?l992205755)-FatchurR