Manusia Nadzr ini adalah setannya Quraisy. Ia seorang Quraisy yang tinggal di Taif. Ia banyak melakukan perjalanan dan menguasai hukum2 agama orang Persia. Pengetahuannya luas, pintar bersyair dan berbicara. Ia memusuhi Nabi SAW dan menjadi juru propaganda andalan orang Quraisy.
Setiap Rasul selesai berda’wah disuatu kumpulan orang, ia kemudian melakukan propaganda tandingan yang menyerang isi da’wah Nabi. Ia bukan saja banyak menggagalkan orang-orang yang semula akan masuk Islam tetapi juga pandai menghasut yang mengakibatkan penyiksaan bahkan sampai tewasnya beberapa pengikut Islam.
Karena lihainya berbicara, ia pernah ditugasi menjadi wakil kaum Quraisy untuk membujuk Nabi dengan harta dan kedudukan bila Rasul bersedia menghentikan da’wahnya.
Nadzr bin Harits ini pernah menantang Rasul, “Jika Al-Qur’an ini benar, hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkan ke kami adzab yang pedih”. Atas tantangan ini, kemudian Allah menurunkan ayat,
“Seseorang bertanya tentang azab yang pasti terjadi”. (QS Al Ma’arij 70:1).
Ketika ditanyakan kepada siapa siksa itu akan diturunkan, Allah menjawab dengan ayat berikutnya,
“Bagi orang2 kafir yang tidak seorangpun dapat menolaknya”. (QS Al Ma’arij 70:2).
Jawaban Al Qur’an langsung terlaksana, usai perang Badr, Nadzr jatuh alam kehinaan, ia tertawan oleh tentara muslim. Sekalipun ia bisa mendatangkan tebusan besar, namun Nadjr terlalu berbahaya bila dibiarkan hidup. Lidahnya terlalu tajam dan sangat berbahaya bagi Islam. Nadzr bin Harits dijatuhi hukuman mati dan Ali bin Abi Thalib yang memenggal lehernya.
Kejadian ini mengandung pesan juga kepada kita agar selalu menjaga pikiran, ucapan, gurauan bahkan do’a kita untuk tidak sekali-kali menantang Allah, agar Allah SWT tidak menurunkan adzab-Nya. Nauzubillah min zalik. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR