Beberapa waktu lalu di suatu resepsi pernikahan, Pak Johar dan istri bertemu temannya, Pak Aren dan istri. Pak Aren ini teman kerja Pak Johar, sedang Bu Aren teman SMA. Maka mereka adalah sohib dekat. Tentu di pertemuan itu mereka mengobrol dengan asyiknya. Maklumlah lama tidak bertemu juga.
Setelah beberapa lama mengobrol, Pak Aren berkata : ” Pak Johar, itu kemenakan Bapak mendapat medali emas lho”
Pak Johar saling berpandangan dengan Bu Johar, sebab merasa tidak punya kemenakan yang ikut di sebuah kejuaraan. Pak Johar mempunyai kakak yang pelatih olah raga dari pulau lain, ikut datang dengan tim, serta menginap di rumah Pak Johar. Namun ya dia saja yang datang dengan istrinya malah, tidak membawa anaknya.
Oh, jangan2 teman kantor yang putranya ikut team Voli dan memperoleh medali emas. Jadi putra teman tadi dikatakan sebagai kemenakan Pak Johar. Kata Pak Johar dalam hati.
” Eh, . . . kemenakan yang mana ya?”, tanya Pak Johar kepada Pak Aren, dari pada penasaran.
” Itu lho putranya Pak Sengon”, jawab Pak Aren.
Oh, sekarang baru mengerti. Ternyata yang dimaksud kemenakan Pak Johar oleh Pak Aren itu putranya Pak Sengon yang teman kantor Pak Johar juga. Istri Pak Sengon juga dekat dan akrab dengan Bu Johar.
” Kemarin saya membeli makanan di rumah makan milik Bu Sengon”, kata Bu Aren menyambung.
” Lho, Bu Sengon buka rumah makan? Di mana?”, tanya bu Johar.
” Iya benar, lokasinya di Kampung Cabe, dekat rumahnya”, jawab Bu Aren yang diiyakan Pak Aren
” Oh, gitu? Setahu saya dia membuka butik”, jawab Bu Johar. Mungkin Bu Sengon melebarkan sayap bisnisnya, kata Pak Johar dan Bu Johar dalam hati.
” Kemarin waktu saya ke rumah makannya, saya tanya Bu Sengon, “Mana Bu Johar”, kata Bu Sengon sedang sibuk”, kata Bu Aren lagi.
Pak Johar dan Bu Johar kembali berkerut – merut keningnya, memikirkan perkataan Bu Aren.
” Bu Johar ini wajahnya kok bisa persis ya dengan kakaknya ya?”, kata Bu Aren lagi.
” Lho, kakak yang mana?”, tanya Bu Johar. Sebab kakak yang sedang bertamu dan datang dari jauh di rumahnya tidak mirip dengannya.
” Ya Bu Sengon itu”, kata Bu Aren.
” Bu Sengon?”, tanya Bu Johar heran.
” Tunggu dulu, Bu Sengon itu setahu saya tinggalnya di Kampung Tomat, bukan di kampung Cabe. Entahlah kalau pindah rumah”.
” Enggak, dari dulu Bu Sengon itu rumahnya ya di Kampung Cabe”, jawab Bu Aren. Bu Johar dan Pak Johar saling berpandangan lagi.
” Pak Sengon itu kakak anda bukan? Yang kerjanya ngurusi beras?”, tanya Bu Aren yang diiyakan oleh Pak Aren.
” Wah, kalau begitu ada salah paham. Yang saya kenal baik dan sering ketemu itu Bu Sengon istri Pak Sengon yang kerjanya ngurusi kabel, bukan ngurusi beras. Dan Bu Sengon itu bukan saudara saya”, kata Bu Johar.
Kini Pak Aren dan Bu Aren yang bingung. ” Oh gitu? Tapi Bu Johar, wajah anda itu mirip sekali dengan Bu Sengon istri Pak Sengon yang kerjanya ngurusi beras itu. Kemarin ketika saya tanya Bu Johar itu apanya Bu Sengon, dia bilang adiknya. Saya ya percaya saja”, kata Bu Aren. Pak Aren juga mengiyakan.
” Oalah … ternyata saya salah”, kata Bu Aren. Mereka (Pak Aren dan Bu Aren) yang selama ini yakin Bu Johar adalah adik dari Bu Sengon, ternyata Bu Sengon dan Pak Sengon itu sama sekali tidak dikenal oleh Bu Johar dan Pak Johar, apalagi kok dibilang saudaranya. KBY. Kok bisa ya ? (Widartoks 2016; dari grup FB- MKPB Telkom)-FR