(Subiakto Priosoedarsono) : Jangan sekali-kali nyontek produk yg bakal masuk Indonesia. Siapkan produk yang lebih baik sehingga ketika mereka masuk sudah tidak relevan lagi. Produk apa saja yang bakal masuk? Perhatikan produk2 test-market dari negara2 tetangga yg sdg uji coba di daerah perbatasan Indonesia dengan negara mereka
Di pesisir timur Sumatra dipenuhi produk2 made-in Malaysia, Singapore, Thailand dan sebagian Vietnam. Kebanyakan makanan olahan sebagai test market. Bagaimana reaksi kita?
Nah silahkan antisipasi dgn ujicoba produk di kategori yg sama tapi lebih unik ddengan memasukkan unsur indikasi geografis. Kita buat konsumen Indonesia cinta produk sendiri
Kuncian kedua adalah Cinta produk sendiri. Nah tantangan paling berat buat #UKM adalah membuat konsumen mencintai produk sendiri. Nah disini indikasi geografis bisa kita andalkan. Yang pasti masyarakat cinta produk warisan nenek moyang. Seperti orang Padang cinta RENDANG. Ada yang salah kalau orang Padang cinta burger
Dan saya yakin orang Padang gak bakalan beli RENDANG buatan Malaysia atau Thailand meskipun lebih murah. Karena RENDANG memang unik. Yang perlu diwaspadai kalau sampai rendang Negeri Sembilan masuk ke Padang. Secara Negeri Sembilan 100% punya nenek moyang dari Padang
RENDANG itu memang milik org Padang. Tepatnya komunitas Padang. Maka Rendang tdk bisa dipisahkan dari Padang. Rendang adalah Padang. Akan halnya Rendang Padang maka Rendang adlh produknya dan Padang adlh BRANDnya. Tepatnya KOMUNAL-BRAND
Mengapa KOMUNAL BRAND? Karena Padang gak cuma punya Rendang. Ada Sate, ada Resto, ada ketan-durian, dan banyak lagi. Tetapi harus diakui Rendang adalah lokomotifnya. Rendang mampu mengubah Padang dari sebuah LOKASI menjadi DESTINASI. Dari sekedar lokasi menjad tempat tujuan
Kalau #UKM Rendang mau dicintai anak muda tambahkan GENGSI & LIVESTYLE pd rendang anda. Dan