(Oleh : Imam Sujoto – Bid. Organisasi PP P2TEL)-Sekitar 12 tahun yang lalu, saya baru 2 tahun menjadi anggota P2TEL. Pertanyaan diatas pernah saya lontarkan kepada seorang mantan Pengurus P2TEL yang saya kenal baik. Bahkan saya tambahkan, bukankah kita juga sudah anggota Peserta Dapentel ?.
Beliau (sdh almarhum), dengan senyum ramah menjawab :
“ Masih terus saja ada pertanyaan serupa. Terlebih akhir-akhir ini ketika Pengurus P2TEL sedang gigih memperjuangkan keadilan perolehan MP bagi khususnya pensiunan sebelum Juli 2002. Maukah anda saya jelaskan dengan sebuah ceritera, peristiwa yang saya alami sendiri?. Peristiwa yang sungguh menggugah hati saya. Untuk bertekad agar eksistensi P2TEL terus diperlukan dan semakin bisa dirasakan manfaatnya bagi anggota khususnya, maupun bagi para pensiunan Telkom serta mitra P2TEL pada umumnya”.
Beliaupun mulai berceritera
Minggu sore, selepas saya menjenguk teman yang sedang rawat inap di RS Borromeus, di pintu keluar saya bertemu dengan seorang anggota. Namanya “A” (penulis lupa namanya) yang nampak sedang sedih dan gelisah.
Saya sapa dan dia menjelaskan sedang bingung karena tidak ada uang menebus obat2an yang tertulis pada secarik resep dokter di tangannya. Saya tawarkan, agar besuk pagi saja hari Senin, diambil di Poliklinik Telkom. Karena kondisinya kelihatan lemah, saya tawarkan untuk saya antar pulang ke rumahnya.
Ringkas ceritera, saya lihat kondisi di rumahnya sungguh memprihatinkan. Dia tinggal sendirian. Istrinya almarhum dan satu2nya anak perempuannya sudah berkeluarga, tinggal di luar Jawa. Bersyukur katanya, ada keponakan perempuan yang tinggalnya berdekatan. Dia yang rutin menjenguk dan sekedar bantu2
“Baiklah, bapak istirahat, besuk pagi saya bantu urus obatnya dan akan saya antar ke sini”, saya pamit pulang.
“Terimakasih pak, sudah merepotkan”, jawabnya lirih sambil berbaring lemas di kasurnya yang lusuh.
Besuk paginya saya dapat 3 macam obatnya dari Poliklinik Yakestel dan langsung saya antar ke rumahnya. Dia paksakan bangun dari tempat tidurnya, menyambut kedatangan saya. Nampak senang menerima obatnya dan buah2an yang saya bawa.
Saya juga beritahukan kepada teman2 Pengurus Wilayah P2TEL, untuk diketahui dan menyempatkan waktu menegoknya serta bantu seperlunya. Sekitar 2 minggu kemudian, saya ada perasaan kuat untuk menjenguknya. Sore hari saya datangi rumahnya. Di pintu rumah, disambut perempuan setengah baya.
Dialah keponakan yang dimaksud oleh pak “A”. Kemudian dari perbincangan singkat dengannya, sungguh saya sangat terkejut, terharu dan tidak terasa air mata saya menetes. Ternyata pak “A” sudah tiga hari yang lalu meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Dengan wajah sedih ibu itu berceritera. Pamannya meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Diantar beberapa temannya sesama pensiunan. Urusan pemakamannya banyak dibantu teman2 yang katanya dari P2TEL. Dia meyampaikan terima kasih yang se-besar2nya atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan kepada almarhum pamannya.
Katanya, ada titipan pesan yang ditulis almarhum, sehari sebelum meninggal. Dia lupa menyampaikan ke teman P2TEL yang hadir di pemakaman, untuk disampaikan ke Pengurus P2TEL. Lalu dia menyerahkan selembar kertas yang dilipat dua kepada saya. Langsung saya baca. Ditujukan kepada Pengurus P2TEL dan tertulis disitu nama saya.
Isi pesannya : “Terima kasih perhatian dan bantuan yang diberikan. Pelihara terus Habblum minannas silaturahim yang baik di kalangan anggota P2TEL. Teruskan perjuangan berat untuk meningkatkan kesejahtraan pensiunan TELKOM. Insya Allah, P2TEL akan langgeng menjadi organisasi yang berguna yang berguna bagi kita sekalian.
Dengan tarikan nafas panjang dan mata berkaca-kaca, beliau mengakhiri ceriteranya. “ Nah, silahkan anda renungkan dan menarik kesimpulan sendiri, apapun tentang P2TEL sebagai wadah perkumpulan pensiunan Telkom. P2TEL lahir sejak tahun 1980. Bilamana tidak bermanfaat, tentunya sudah bubar. Tidak berumur panjang sampai sekarang “.
Begitulah ceritera beliau, sebagai tanggapan atas apa yang saya pertanyakan diatas. Sejenak saya renungkan. Dari aspek hubungan sosial & silturahmi saja, betapa terasa manfaatnya berorganisasi. Tentu, P2TEL dibentuk oleh para tokoh pendahulu kita dengan tujuan yang mulia terutama bagi anggotanya dan pensiunan Telkom umumnya.
Adapun masih banyak aspek lain dari misi yang diemban belum tercapai sepenuhnya, menjadi tantangan untuk diatasi bersama. Kritik dan saran senantiasa mewarnai dinamika dan romantika kehidupan organisasi. Hal ini jadi cambuk motivasi bagi khususnya Pengurus dan segenap jajarannya untuk terus berupaya dapat meraih hasil yang terbaik.
Dan sekitar dua tahun kemudian, ketika saya mendapat amanah menjadi anggota Pengurus Pusat P2TEL , pesan moral yang terkandung dalam ceritera beliau itu, telah menghayati dan menjadi pengobar semangat.
Semangat untuk senantiasa berikhtiar sesuai kemampuan dan keterbatasan, agar dapat turut menyumbang tenaga, pikiran dan waktu guna meraih visi dan suksesnya misi P2TEL. Disertai semboyan kerja bersama, mewujudkan P2TEL makin “ Bermanfaat dan Bermartabat “, bagi khususnya para anggota / pensiunan Telkom beserta para pemangku kepentingan pada umumnya.*** (Des 2016 – ims)-FR