Istri saya mendapat kiriman telur bebek, lumayan banyak. Wah, enaknya dimasak apa ya? Saya usul martabak, ia setuju. Mungkin sudah ratusan kali saya menyaksikan langganan saya martabak Burangrang Bandung, dekat patung tank Saladin, saya percaya tidak susah membuatnya.
Pertama tentu membuat adonan kulitnya. Campurannya juga sederhana, tepung terigu, air, minyak sayur, garam dan telurnya sendiri. Ternyata jadinya terlalu encer, wah gagal? Saya lapor istri, lho kan tinggal tambah tepungnya toch?
Nah beginilah chef amatiran, mustinya airnya itu dimasukan sedikit demi sedikit. Kemudian dibuat bulatan2 adonan dan harus direndam minyak agar tidak lengket atau mengeras. Sedang isi martabak saya buat dari irisan daging ayam, bawang bombay dan bawang daun yang saya bumbui dan tumis dahulu agar gurih.
Barulah membuat martabaknya, ternyata membutuhkan ketrampilan membuat lembaran tipis diatas meja makan marmer. Saya memiliki wajan datar dengan diameter 25 cm, jadi hanya bisa untuk membuat martabak kecil. Ternyata permainan api sangat dibutuhkan.
Minyak harus panas terlebih dahulu, kemudian saat kulit akan dibeberkan, api dikecilkan dahulu. Kulitpun harus dikenalkan dahulu sisinya kepada minyak panas agar sedikit mengeras, barulah seluruh kulit dibeberkan hati-hati agar tidak terlipat.
Api baru boleh dipanaskan lagi setelah isi dituang dan empat sisi dilipat. Wah, perlu beberapa kali percobaan barulah sedikit mahir. Rasanya? Not too bad. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR