Serok dan Sutil (bahasa Jawa), saya beli pada tanggal 1/11/1974 di Grand Bazar Antwerpen, ketika saya belajar di Belgia. Jadi umurnya lebih dari 42 tahun. Saya tak pernah punya serok lain, jadi tiap hari selalu dipakai, sedang sutil belakangan saya memiliki sutil kayu, tapi lebih sering saya pakai sutil Belgia itu.
Saat di Belgia, saya memang lebih banyak masak sendiri, mulai sarapan, makan siang yang saya siapkan bekal dari rumah dan makan malam. Sedangkan wajan, panci sudah tersedia di apartemen, jadi saya tidak perlu membelinya lagi.
Lidah saya memang agak bandel, tidak seperti teman-teman yang langsung bisa menyesuaikan diri dengan masakan Eropa. Lha saya harus nasi. Untungnya ada warung bumbu-bumbu dan bahan masakan Indonesia di kota nomor dua di Belgia itu.
Bentuk kedua alat ini sederhana, semua dari logam dan dilas ke tangkainya yang juga dari logam. Setiap hari, selama 15.382 hari sampai hari ini selalu berendam dalam minyak panas dan diatas kompor panas, kok ya utuh, kuat, kokoh tidak goyah atau bengkong, apalagi berkarat. Mudah2an bisa saya pake terus sampai kelak, saya, pemiliknya berhenti bernafas. Semoga. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR