- John Peter
John Peter baru saja naik kelas 2 SMP, ketika terpaksa keluar dari rumah berbekal seadanya. Dia hidup di tengah kota Cirebon, saat itu umur 18 tahun. Dia selalu bawa koper kamanapun langkahnya berjalan. Sebuah keluarga TiongHoa mengangkatnya, memberi rumah dan makan hingga lepas sekolah menangah. Di keluarga itu, ia belajar berbisnis otodidak melalui pengalaman.
Selepas sekolah, ia berniat melanjutkan ke ITB, dan diterima di jurusan ilmu kimia. Untuk itulah, John muda harus bekerja memastikan pendidikannya tetap berjalan lancar. Ditengah perjalanan, ia juga aktif kegiatan pelayanan di geraja menemukan sesuatu.
Dia sadar pemulung berpenghasilan menjanjikan. Berbekal tekat, meski buta akan menejeman bisnis, dirinya memulai bisnis sampah menjualnya ke pengepul. Waktu berlalu, ia telah memiliki beberapa pemulung dibawah naungannya; meraka bekerja sama.
Paling menarik ketika John rela tinggal satu atap, bersama mencari uang dari ditumpukan sampah. Hingga bisnis itu mulai tumbuh. Sebuah mesin pengolah telah terbeli. Dia membeli mesin karena tertarik melihat harga biji plastik lebih mahal.
Harga biji plastik bisa senilai Rp. 8.500 / kg sedang berbentuk mentah hanya Rp.400. Dia juga tak lagi menjual sampahnya ke bandar lain. Dari 18 juta / bulan, bisnis itu tumbuh Rp.800 juta- Rp.1 miliar per- bulan. (http://www.pengusaha.us/2013/12/5-pengusaha-sukses-berbisnis-limbah.html)-FatchurR