Diciptakan di dunia, manusia sudah memikul amanah. Amanah kepada Penciptanya, untuk beribadah hanya kepada-Nya, tiada ke yang lain, bahkan tidak menjejerkan atau memberikan alternatif kepada yang lain, mutlak hanya kepada-Nya.
Diberi nikmat jodoh, suami dan istri juga konsekwensinya mengandung amanah, memberi nafkah dan menjadi Imam dalam keluarganya bagi suami. Bagi istri mendapat amanah menjaga harta dan nama baik suami. Semua memikul amanah menjaga kehormatan keluarga dan menjaga serta menutup aibnya.
Dikaruniai anak2 yang lucu dan menggemaskan, juga memikul amanah, mendidik menjadi orang2 yang sholeh dan sholeha. Memberikan bimbingan dan pendidikan yang baik, termasuk pendidikan agama.
Diangkat jadi guru, atau dititipkan kepadanya murid oleh Allah SWT, mengandung amanah memberikan pengetahuan pendidikan kepada anak murid sebaik-baiknya. Alhamdulillah, guru tidak pelit tanpa pamrih, menurunkan ilmunya, dengan harapan kelak anak didiknya menjadi besar dan terhormat.
Menanggung hutang, juga menerima amanah untuk mengembalikan hutangnya (nyaur). Manakala tidak mampu membayar hutang, ya datangi saja Amil Zakat, karena penghutang yang tidak mampu membayar, berhak (entitle) dibantu melalui Zakat.
Menerima anugrah menjadi pemimpin, berat amanahnya, namun besar juga reward-nya bagi pemimpin yang adil. Allah akan mendengar do’anya.
Mungkin amanah yang terberat dan secara khusus disebutkan di surat An-Nisa QS 4:58,135), adalah sebagai penegak keadilan. Polisi atau Hakim, berat nian amanah yang harus dipertanggung jawabkan kelak dihadapan-Nya. Kepada nurani mereka-lah Allah menitipkan keadilan. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR