Mari kita belajar kebaikan dari siapa saja, dari mana saja dan kapan saja; Mengapa Denmark jadi salah satu negara paling makmur di dunia? Padahal negaranya : Tidak punya sumber kekayaan alam; kondisi musim di negara itu ekstrim karena dekat kutub utara.
Padahal di negeri ini matahari dan siang hari hanya sebentar saja, terutama di musim dingin. Suatu hari tanpa sengaja, saya mengarahkan jari-jemari saya melalui google membuka sejarah Denmark.
Dari info Wikipedia yang saya baca Denmark, negara ternyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia, negara dengan pendapatan penduduk tertinggi di dunia, juga jadi negara termakmur di dunia paling bersih di dunia hingga mendapat gelar “Negeri Dongeng”.
Namun dugaan saya keliru. Orang2 Denmark justru percaya penyebab negaranya termakmur, ternyaman dan teraman adalah karena masyarakatnya jujur. Orang Denmark percaya bahwa semua kebaikan yang ada di negaranya berawal dari kejujuran.
Pada saat seorang jujur maka semua fasilitas umum untuk rakyat akan terbangun dengan baik oleh pemerintah, sebagaimana mestinya sesuai standar mutu yang telah ditetapkan di segala bidang mulai dari kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dll.
Masyarakat Denmark percaya kejujuran bisa melahirkan segalanya. Mereka percaya tiap manusia itu pintar, dengan kejujuran maka tiap kepintaran manusia jadi manfaat bagi sesama dan seluruh negeri. Mereka yakin jika tiap aparat jujur, mulai pejabat, menteri, polisi dst dan rakyatnya jujur maka negara jadi makmur tanpa perlu jadi yang paling pintar di bidang pendidikan.
Ternyata benar, Denmark masuk dalam salah satu negara dengan tingkat korupsi nyaris nol, seperti juga di Finlandia dan New Zealand. Karena kejujuran itu akhirnya pendidikan di negara ini jadi lebih baik dan maju. Tak salah jika kita katakan ketidak jujuran (mental korup), melahirkan bencana berantai di negara.
Mereka begitu yakinnya kejujuran adalah awal dari semua kebaikan dan bukannya kepintaran. Kira2 10 tahun silam, kejujuran dan etika moral adalah prioritas utama, sedang kepintaran itu kita kembangkan kemudian, karena kita juga yakin bahwa setiap anak terlahir pintar* .
Kita tidak terlalu pusing jika seorang anak belum bisa berhitung saat masuk SD atau setelah sekolah SD, tapi kami sangat peduli jika sorang anak tidak jujur dan beretika buruk. Dan setelah membaca artikel ini sepertinya saya diingatkan kembali oleh Tuhan YME untuk tetap mempertahankan yang kami yakini.
Karakter, perilaku dan kejujuran landasan membangun Indonesia yang kuat dan makmur, bukan sekedar angka2 akademik yang tertera di buku2 raport sekolah. Belajarlah juga dari pengalaman negara lain. Semoga kita bisa mengawali dari lingkup terkecil, keluarga dan sekolah kita.
“Lakukan yang terbaik dan tetap semangat” *Oleh: Komaruddin Hidayat; Cendekiawan; http://www.kumpulankonsultasi.com/2016/10/mengapa-denmark-menjadi-salah-satu-negara-termakmur-di-dunia.html)-FatchurR