Jakarta, Kompas.com-Bank Indonesia (BI) secara resmi mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah NKRI tahun emisi 2016. Dalam uang rupiah desain baru ini ada 12 orang pahlawan nasional yang diabadikan sebagai gambar muka,pada uang rupiah kertas dan logam.
Satu dari 12 orang pahlawan itu pahlawan nasional asal Sulut, yaitu Dr GSSJ Ratulangi yang diabadikan pada uang kertas Rp 20.000.Mengutip situs Tokoh Indonesia, Dr Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau Dr Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulut 5/11/1890.
Selain Gubernur Sulawesi pertama, Sam Ratulangi juga doktor ilmu pasti pertama Indonesia. Sam menimba ilmu di Hooofden School. Setelah lulus, ia ke Jakarta sekolah di Indische Artsenschool (Sekolah Dokter Hindia), namun di Jakarta, ia pilih belajar di Koningin Wilhelmina School (Sekolah Teknik) 1904.
Setelah lulus, ia menempuh pendidikan di Lager Onderwijs (LO) dan Middlebare Acte. Sam apat ijazah guru ilmu pasti untuk Sekolah Menengah. Sam berhasrat kuliah di Jurusan Ilmu Pasti di Vrije Universiteit Amsterdam, namun gagal karena tidak punya ijazah HBS (Hogere Burger School) atau AMS (Algemene Middlebare School) setingkat SMA. Ia pun meneruskan studinya di Universitas Zurich.
Tahun 1919, Sam berhasil bergelar Doktor Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Swiss. Ia jadi doktor ilmu pasti pertama Indonesia. Di Belanda, ia aktif di organisasi, termasuk sebagai ketua Indische Vereniging atau Perhimpunan Indonesia yang merupakan organisasi pelajar2 Indonesia di Belanda.
Di Zurich, ia jadi ketua Association d’Etudiant Asiatiques / Asosiasi Pelajar-pelajar Asia. Tahun 1924-1927 ia jadi Sekretaris Dewan Minahasa di Manado. Sam Ratulangi melakukan usaha bermanfaat bagi rakyat : Pembukaan daerah baru untuk pertanian, mendirikan yayasan dana belajar, dan lain-lain.
Pada tahun 1927, Sam Ratulangi diangkat jadi anggota Volksraad. Ia mengajukan tuntutan agar Pemerintah Belanda menghapuskan perbedaan bidang politik, ekonomi, dan pendidikan antara orang Belanda dan Indonesia.
Ia dirikan Vereniging Indonesische Academici (Persatuan Akademisi Indonesia). Sam juga mendirikan majalah mingguan ‘Peninjauan’ dan mengarang buku berjudul Indonesia in de Pacifiek-Kernproblemen van den Aziatischen (Indonesia di Pasifik – Masalah2 Pokok Asia Pasifik).
Setelah merdeka, ia diangkat sebagai Gubernur Sulawesi. Namun, perlawanan rakyat terjadi sebagai upaya melawan Belanda dan akhirnya pada 5/4/1946 Sam Ratulangi ditangkap tentara Belanda untuk menghentikan perlawanan rakyat.
Selama 3 bulan ia dipenjara di Makassar lalu dibuang di Serui, Irja (Papua). Ia dibebaskan setelah tercapai persetujuan Renvile bulan Januari 1948, setelah menjalani masa pembuangan, ia ke Jawa.
Ratulangi menentang kebijakan Belanda yang ingin memisahkan Indonesia Timur dari Indonesia bersama Mr. I Gusti Ketut Puja, Ir. Pangeran Muhammad Noor, Dr. T.S.T. Diapari, W.S.T. Pondang, dan Sukardjo Wirjopranoto.
Ketika Belanda melancarkan agresi militer kedua, Sam kembali ditangkap. Saat menjalani masa tahanan, pada tanggal 30/1/1949 Ratulangi meninggal di Jakarta. Sam dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasar SK Presiden RI No. 590/TK/1961, tanggal 9/11/1961. (Sakina Rahma Diah Setiawan; Aprillia Ika; http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/12/23/123000826/doktor.ilmu.pasti.pertama.indonesia.ini.ada.di.uang.nkri.rp.20.000?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=Kaitrd)-FatchurR