P2Tel

Jenang Gula (FE 021)

Lagu lama ini sangat popular dan banyak dinyanyikan oleh biduan2 keroncong atau langgam Jawa. Isinya mengenai keluhan seseorang yang sudah mulai dilupakan oleh pasangannya. Padahal dulu pernah berikrar hidup bersama dalam suka dan duka.

 

Saat hidup masih serba kurang, setia menemani, tapi kini setelah hidup mulia, mulai dilupakan (Jawa: Lali). Mudah bertengkar. Sebuah lagu yang melankolis. Lagu ini betul2 mengena, karena mungkin banyak ditemui di banyak keluarga2 muda di sekitar kita. Itulah sebabnya sangat digemari oleh masyarakat luas.

Kemudian marilah kita bahas judul lagunya, jenang gula. Jenang adalah penganan yang terbuat dari adukan yang kental, biasanya bahan dasarnya adalah nasi ketan. Jenang ini tidak cair, tidak pula padat, sehingga mudah dibentuk menjadi banyak variasinya diseluruh penjuru tanah air, seperti lemang, wajik, jadah, tetel, dodol dan lain-lainnya.

Tapi yang dimaksud disini jenang yang terbuat dari gula. Gula yang dipanaskan meleleh dan diberi warna, biasanya warna orange yang cerah menyala. Jenang gula ini dijajakan berkeliling dari kampung ke kampung.

Anak2 senang mengerubuti melihat ketrampilan penjualnya meniup jenangnya membentuk burung, bunga, bahkan peluit yang bisa berbunyi bila ditiup. Mainan-mainan ini sangat menyenangkan, karena kalau sudah bosan boleh dimakan. Manis.

 

 

Tampak bahwa antara isi lagu dan judulnya ternyata sama sekali tidak nyambung. Begini jelasnya, Jenang gula itu dalam bahasa Jawa sering disebut gulali atau gelali. Gelali bila dipanjangkan menjadi: Ojo Lali (jangan melupakan), nah sekarang baru jelas sesungguhnya judul lagu itu adalah, Ojo Lali. Bahasa Jawa memang ribet, bersajak saja dua tingkat, rumit, saya akui saja.

Sekarang bila pasangan anda, mulai banyak melupakan dan mengabaikan anda, boleh anda pakai ungkapan itu, “Jenang gula ya jeng? ……” (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version