Kisah nyata mahasiswa Indonesia di Australia. Suatu pagi kami jemput Client, orang terseebut tua. Bapak ini pengusaha asal Singapura, bicaranya gaya Melayu & English, beliau menceritakan pengalaman hidupnya: “your country is so rich!” (Negaramu kaya). Dalam hatiku : “Ah biasa denger kalimat itu”
Tapi tunggu : “Indonesia doesn’t need the world, but the world needs Indonesia. Everything can be found here in Indonesia, you don’t need the world.” (Dunia yang butuh indonesia, bukan sebaliknya). Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia akan kacau.
Singapura is nothing, we can’t be rich without Indonesia. 500 ribu orang Indonesia berlibur ke Singapura tiap bulan. Bisa terbayang uang yang masuk ke kami, apartemen2 baru kami yang beli orang2 Indonesia, tidak peduli harga selangit, laku keras. Lihatlah RS kami, isinya hampir Indonesia semua.
Terus, kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap kebakaran hutan Indonesia masuk? Sangat terasa, we are nothing! Kalian tau kan kalo kemarin dunia krisis beras. Termasuk di Singapura & Malaysia? Kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras. Lihat negara kalian, air bersih di mana2. Lihatlah negara kami, air bersih diimpor dari Malaysia.
Saya ke Kalimantan dalam rangka bisnis, karena pasirnya mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Penambang jual cuma Rp.3rb / kg ke pabrik China, si pabrik jual kembali seharga Rp.30rb / kg.
Kalian sadar tidak kalau negara2 lain selalu takut mengembargo Indonesia. Karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian manjadi mandiri, makanya tidak diembargo. Harusnya KALIANLAH YG MENG- EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI.
Belilah pangan dari petani2 kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu impor, kalau bisa produk sendiri. Jika kalian bisa mandiri, bisa MENGEMBARGO DIRI SENDIRI, INDONESIA WILL RULE THE WORLD (Indonesia akan mengatur dunia.
Mari kita bersama-sama INDONESIAKAN INDONESIA; (+xxxx….4537: dari grup WA-BPTg; sumber dari : http://pramanakingdom.blogspot.co.id/2015/08/kisah-mahasiswa-indonesia-di-australia_24.html)-FR